Page 197 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 197

dalam awal mula dan pembentukan perhatiannya pada masalah

            dan  signifikansi  peranan  pendidikan.  Ia  menuliskannya,  “We
            can trace the Taman Siswa idea, if we wish, from Suwardi
            Surjaningrat's Netherlands exile of 1913-17, when he obtained
            a  teaching  certificate,  attended  the  First  Colonial  Education

            Congress in  The  Hague,  and  participated  in  discussions
            regarding a "national" modification of the Indies school system,
            a subject of some debate among Dutch educators at the time.
                   Motif untuk bergerak di lapangan pendidikan tampaknya

            diperkuat oleh pertimbangan  pribadi yang berlandaskan pada
            tanggung jawab dan perannya dalam membina keluarga, terutama
            putera  dan puterinya,  sebagaimana  penggmbaran  berikut,
            “Rencana Soewardi mengenai pendidikan yang akan diterapkan

            di tanah air tersebut bertambah matang, setelah kelahiran Asti.
            Anak pertama  yang dilahirkan  pada hari Selasa Kliwon, 24
            Agustus 1915 di Regentenslaan No. 166 di ‘s-Gravenhage itu,
            kemudian diketahui bahwa pertumbuhannya tidak normal. Asti

            berpikiran lemah. Mungkin ini disebabkan oleh hubungan darah,
            yang  terlalu  dekat  antara  bapak  dan  ibunya  (saudara  sepupu)
            tetapi ada juga yang berpendapat bahwa itu merupakan suatu
            akibat sakit thypus yang pernah dideritanya pada tanggal 9 Mei

            1919, sehingga mendapat perawatan di Gemeentelijk  Ziekenhuis
            (Rumah  Sakit  Umum)  Den  Haag,  selama  42  hari;  yakni  dari
            tanggal 24 mei hingga 6 juli 1919. Ketetapan Soewardi tersebut,
            sama dengan langkah pertama dari Montessori, ia juga memulai




                               Sekilas Tentang Langkah Perjuangan Soewardi  197
   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202