Page 198 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 198

kariernya dengan mendidik  anak-anak yang lemah pikiran.”

            (Soewito1985: 101).
                   Perhatian Suwardi yang menyemai semasa hidup di negeri
            pengasingan dikemukakan juga oleh isterinya, Sutartinah yang
            kelak  dikenal sebagai  Nyi Hajar  Dewantara.  Namun, gejolak

            dan gairah perjuangan politik sempat menyaput perhatian itu.
            Ia menggambarkannya  sebagai  “Semenjak  kelahiran anaknya
            yang  pertama,  sebenarnya  Suwardi sudah meanruh  perhatian
            kepada bidang pendidikan. Sewaktu masih di negeri Belanda

            Suwardi sudah pernah mengatakan bahwa dunia pendidikan di
            Hindia belanda perlu sentuhan tangan para pejuang kebangsaan
            dan kemerdekaan. Dan berdasarkan pendapat ini pulalah, maka
            Sutartinah selain mengajar di Frobel School di Weimaar, iapun

            mengikuti Kursus Pendidikan Guru Frobel. Dan Suwardi sendiri
            pun  pernah mengikuti kursus  dan kemudian menggondol
            Akte Guru Eropa. Akan tetapi sesudah Suwardi melaksanakan
            slogannya ‘Kembali ke medan juang’ rupanya gagasan itu tidak

            pernah timbul lagi dalam pikiran Suwardi yang mulai ditimbuni
            oleh kegiatan-kegiatan  politik  dan jurnalistik.”  (Dewantara
            1984: 102).
                   Pendidikan politik  dilanjutkannya dalam pertarungan

            dan agitasi  langsung terhadap  tatanan  politik  jajahan  ketika
            masa pengasingannya selesai.  Setiba di Tanah Air, segera ia
            memasuki  kembali  ranah perjuangan  politik  melalui  partai
            politik, Nationale Indische Partij (NIP). Gagasan dan kiprahnya

            memanaskan  kancah  politik  jajahan  yang tampaknya  mulai

            198     Sekilas Tentang Langkah Perjuangan Soewardi
   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203