Page 160 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 160
Aku memejamkan mata, berharap pintu akan diketuk
kembali. Karlos akan berdiri di situ, lalu menarik tanganku,
mengajakku kabur demi makan siang bersama.
Tik tok, tik tok, tik tok, tik tok, suara detak jam dinding
terdengar dengan jelas. Tidak terjadi apa-apa. Aku
terduduk di lantai, dan mencubit pipiku sendiri. Konyolnya
diriku ini. Ah! Cinta memang gila.
Aku lalu bangkit berdiri dan kembali ke mejaku, kembali ke
layar monitor komputer yang dijejali kertas memo
pengingat yang aku tempelkan, berisi catatan untuk jurnal
penelitianku. Kembali ke pekerjaanku.
Tiga bulan berlalu, dan ini hadiah yang aku dapatkan:
namaku tertulis di luar amplop, bukannya di dalam kartu
undangan pernikahan yang sedang aku pelototi di atas
tempat tidurku. Karlos akhirnya malah menikah dengan
Jeni, sahabatnya yang juga sahabatku. What do I get? Nol
besar!
Aku hanya bisa menangis dan menghujat kebodohanku
dalam bersikap. Aku bisa saja lebih ramah dan terbuka
kepada Karlos, sejak berbulan-bulan yang lalu, dan hari ini
mungkin saja namaku yang tertulis bersanding dengannya
di undangan pernikahan.
Suatu perasaan yang sulit aku jelaskan, justru sedang
berkecamuk di dalam diriku, seperti perasaan marah.
Lucunya, rasa marah itu dialamatkan kepada diriku
sendiri. Kenapa aku mengira kebahagiaan percintaan
didasarkan pada klise seorang laki-laki mengejar cinta
perempuan yang ditaksirnya. Hidup ini bukan drama
seperti di serial televisi!
158