Page 165 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 165
dua kali dalam seminggu. Rutinitas yang nyaris sama
mewarnai hari-hariku. Bukankah kehidupan yang aku
dambakan dulu juga seperti ini? Seharusnya aku bisa
bersyukur dan belajar berbahagia.
Lama-kelamaan aku justru merasa jenuh, dan ingin sekali
memberontak, melakukan hal-hal yang tidak pernah aku
pikirkan sebelumnya. Sekali saja, aku meminta izin pada
istriku untuk ikut teman-teman akrabku ini ke pesta di
sebuah villa di luar kota. Sumpah rasanya aku lupa siapa
diriku di tengah dentuman musik bertempo cepat dan
kerumunan orang yang mabuk dengan entah ratusan
botol minuman beralkohol. Satu persatu mereka tumbang,
tidur di lantai, tersisa hanya aku yang berdiri termenung di
lantai atas balkon villa itu, memandangi langit yang
terbuka lebar bertaburkan bintang.
“Langitnya asyik ya,” tegur Edrick yang ternyata juga
berdiri di dekatku.
Aku hanya mengangguk. Entah sepertinya kesadaranku
tidak sepenuhnya saat itu, tubuhku hanya merasakan
lelah dan kantuk tidak tertahan.
“Bagaimana kalau kamu bisa memilih untuk melakukan
sesuatu yang baru di hidupmu, Alfon?” tanya Edrick.
“Maksud kamu, aku bisa merubah hidupku?”
pertanyaanku dibalasnya dengan anggukan.
“Mencoba hal berisiko atau berbahaya, dan mencoba
menikmatinya selagi bisa,” kata Edrick.
163