Page 170 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 170

“Atau  kita  bisa  membaginya  bertiga,  karena  meja  lain
            semuanya  penuh  dan  kita  sama-sama  kelaparan,  kalau
            kalian tidak keberatan,” kata perempuan lain yang tiba-tiba
            juga muncul di situ.

            Tanpa  diperintah,  aku  langsung  masuk  dan  duduk  di
            bagian dalam meja, menyamankan diriku demi perut yang
            lapar.

            “Makan  dengan  orang  asing  tidak  ada  salahnya,”  kata
            perempuan yang kedua itu.

            Akhirnya perempuan yang pertama mengalah dan masuk
            duduk di bagian dalam meja, tepat berhadapan denganku,
            lalu disusul perempuan ke dua itu.

            “Aku mau pesan French fries dengan chicken burger dan
            segelas bir,” kataku kepada pelayan kedai.

            “Aku  mau  teh  hangat  saja,  sedikit  gula,  jangan  terlalu
            manis,” kata perempuan pertama.

            “Aku mau sama dengan laki-laki ini,” kata perempuan yang
            kedua.

            Kami bertiga sama-sama hanya diam, mencoba bersikap
            cuek satu sama lain.

            Tiba-tiba  sebuah  lagu  diputar  di  pengeras  suara  yang
            terpajang di dinding kedai itu. Sebuah lagu barat dengan
            lirik yang terasa akrab di telingaku. Seperti deretan kalimat
            bijak tetapi maknanya pahit sekaligus menyedihkan….

                         Maybe one day I can see you
                                     168
   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175