Page 166 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 166
“Tidakkah itu yang diinginkan semua orang ketika
hidupnya mulai terasa membosankan?” balasku.
Edrick menatapku beberapa saat, lalu sesuatu yang tidak
bisa aku jelaskan terjadi, dia semakin mendekat dan
melayangkan kecupannya di bibirku, setidaknya lima-
enam detik. Aku bisa memilih untuk memberontak,
berteriak memaki atau bahkan memukuli dirinya, tetapi
aku justru mengecup bibirnya sekali lagi, dan membiarkan
semuanya mengalir. Saat itu, hanya bintang yang jadi
saksi atas perbuatan terlarang kami.
Keesokan harinya, aku memilih kabur dari mereka, pulang
ke rumahku. Batinku berontak, bercampur rasa malu dan
bersalah atas apa yang sudah aku lakukan bersama
Edrick.
Hari itu aku bertekad untuk tidak lagi berkumpul dengan
mereka semua, kembali fokus ke hidupku. Aku mengganti
nomor telepon genggamku, aku selalu beralasan sibuk
dan dibutuhkan di rumah setiap mereka mencoba untuk
mengajakku keluar. Bahkan aku berusaha menghindar
dari tatapan Edrick ketika dia ada bersama mereka.
Aku mengira hidupku akan lebih baik, tetapi seringkali, aku
terjaga di tengah malam, dengan gelisah, dan air mata
mengalir membasahi bantalku. Aku tidak bahagia di sini!
“Apa kamu selingkuh, mas?” tanya istriku pada suatu pagi
di hari itu.
Aku hanya bisa menatapnya sejenak, ragu dan takut untuk
salah ucap, jadi aku balas dengan gelengan kepala.
164