Page 172 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 172

Si perempuan pertama hanya diam saja.

            “Seperti lagu patah hati, tetapi tidak benar-benar ikhlas.
            Padahal  di  dunia  ini  tidak  ada  yang  abadi,  kan?”  entah
            kenapa aku seperti sedikit menyesal berucap seperti itu.

            “Di dunia ini, siapa yang tidak patah hati, Tuhan saja bisa
            tidak adil!” si perempuan pertama mengomentari.

            “Tapi kadang itu juga bisa karena kesalahan kita dalam
            membuat pilihan, karena lupa mendengarkan kata hati kita
            sendiri.” Sambung si perempuan ke dua.

            “Orang  yang  salah  juga  bisa  menyesali  perbuatannya
            sendiri.  Andai  saja  kesempatan  itu  ada,”  pernyataanku
            dibalas dengan tatapan mereka berdua.

            “Kalian  tidak  akan  mengerti  dan  tidak  merasakan  apa
            yang aku rasakan,” kata perempuan pertama.

            “Kita semua tidak akan saling mengerti karena kita tidak
            tahu  cerita  masing-masing.  Kecuali  kalian  siap  untuk
            berbagi di sini,” kata perempuan ke dua.

            “Berbagi untuk apa?” tanyaku.

            “Membuatmu merasa lebih baik. Lagian kita hanya 3 orang
            asing yang tidak saling mengenal. Dan mungkin saja kita
            bisa saling memberikan masukan.” Jawab si perempuan
            ke dua.

            “Lalu kalau aku merasa tidak lebih baik setelah bercerita
            ke kalian, bagaimana?” tanya si perempuan pertama.


                                     170
   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177