Page 233 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 233
Ruang hiburan itu ramai dengan teman-teman napi
lainnya. Ada yang sedang asyik bermain tenis meja dalam
tanding dua lawan dua, kemudian ada yang hanya
bercerita dengan kelompok kecilnya empat-lima orang,
juga ada yang berkumpul di depan televisi.
“Kamu cukup mendengarkan saja, Ron, itu sudah penting
untuk aku,” Kataku.
“Tapi kamu tidak pernah cerita ke Lastri kalau antek-antek
si pengusaha yang kamu bunuh itu datang dan
mengancam akan mengganggu semua orang yang
mencoba membantu kamu!”
“Tapi aku kan sudah menolak permohonan grasi, Ron.
Hidupku hanya tinggal menghitung hari! Apa lagi yang
mereka inginkan?”
“Lalu kamu membuat kesepakatan dengan komplotan
mafia itu?” tanya Roni.
“Tetap diam dan mati. Sederhana seperti itu, Ron,”
jawabku.
“Bagaimana kalau saya melapor ke kepala sipir, Rio?
Mungkin saja dia berpihak dengan kamu dan membantu
kamu menemukan perlawanan yang tepat terhadap
mereka?”
“Lalu aku akan menyeret kamu dan mungkin saja keluarga
kamu ke dalam teror para mafia itu? Aku bukan orang
seperti itu, Ron! Pikirkan istri dan anakmu yang masih
kecil!” perkataanku membuat Roni tertunduk sedih.
231