Page 230 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 230

Lalu  aku  sadar,  pertanyaan  yang  baru  saja  aku  ajukan
            sangat  konyol.  Seorang  terpidana  mati  bertanya  apa
            tujuan dirinya hidup kepada orang lain yang masih lebih
            beruntung untuk hidup lebih lama di dunia ini!

                                     *

            Waktu berlalu tanpa terasa, baru kemarin, ibuku datang
            membawakan ayam goreng tepung dan sup nangka yang
            dikemasnya dengan sekotak nasi putih hangat. Lalu siang
            ini,  dia  datang  membawakan  aku  nasi  goreng  merah
            dengan kacang polong, irisan sosis serta telur mata sapi.
            Aku  makan  dengan  lahap,  dan  itu  saja  sanggup
            membuatnya menangis terharu.


            Setelah  makan, dia akan  melanjutkan ceritanya tentang
            aktifitas kesehariannya. Ibuku suka memasak untuk anak
            dan cucunya, dia suka mengikuti senam pagi di alun-alun
            kota bersama komunitas orang lanjut usia setidaknya tiga
            kali  dalam  seminggu,  dia  suka  membacakan  dongeng
            sebelum tidur untuk cucu serta cicitnya meski kadang dia
            secara sengaja mencampur adukkan akhir cerita dongeng
            itu hanya agar lebih membuatnya menarik.

            Dongeng Putri Salju, misalnya, ibu sengaja memasukkan
            kisah sepatu kaca di akhir ceritanya. Membayangkannya
            saja aku merasa geli. Satu hal yang tidak kalah penting
            dari  kesukaan  ibuku:  menonton  sinetron.  Dia  bisa
            bercerita selama setengah jam tanpa berhenti, mengulas
            setiap episode sinetron yang sudah ditontonnya!

            “Rambut  kamu  terlihat  berantakan,  nak!”  keluh  ibuku  di
            kunjungannya selanjutnya.
                                     228
   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235