Page 225 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 225
“Terima kasih , Lastri. Besok kita jumpa lagi!” kataku
sambil membungkukkan badan ke arah Lastri, lalu ke arah
ibuku.
*
“Mas Rio, maafkan aku,” kata Wanda sambil
menundukkan kepalanya.
Dia tahu betul kalau aku berhak marah sekaligus kecewa.
Dia menghilang begitu saja, meninggalkanku sendiri
selama berbulan-bulan lamanya, hingga aku menemukan
jejaknya di rumah ini, hidup sebagai simpanan pengusaha
kaya!
Penyulut amarah terbesarku justru bukan karena
pengkhianatannya, tetapi Wanda juga bertanggung jawab
atas hilangnya beberapa anak panti, yang ternyata
dijebaknya masuk ke dalam jaringan bisnis prostitusi
terselubung milik suami barunya tersebut.
“Kenapa, Wanda?!” teguranku dengan nada tinggi,
membuatnya terhenyak kaget.
Matanya yang berkaca-kaca, tidak lagi mampu
membuatku lemah seperti biasanya. Emosiku naik hingga
ke ubun-ubun.
“Wanda!” suara laki-laki itu muncul dari balik pintu dan
mengejutkan kami berdua.
223