Page 229 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 229

“Apa bedanya, pak Subar?”

            “Jelas beda, Rio. Berbohong pada orang lain, kamu ikut
            menciptakan potensi luka yang mengancam kepercayaan
            orang  terhadap  diri  kamu,  dan  sebenarnya  kamu  juga
            menyakiti  diri  kamu  sendiri.  Kamu  berusaha  keras
            membuat orang percaya pada sesuatu yang sebenarnya
            kamu  sendiri  tidak  demikian  adanya.  Lalu  ketika  orang
            akhirnya percaya, yang kamu rasakan apa? Kosong, Rio!
            Penolakan dan penderitaan di batin kamu sendiri!”


            “Lalu apa akan lebih baik ketika aku bohong pada diriku
            sendiri, pak Subar?”

            “Memang itu yang kita semua lakukan setiap hari dalam
            hidup kita kan, Rio? Bangun di pagi hari, lantas mencoba
            meyakinkan  pada  diri  kita,  bahwa  semuanya  baik-baik
            saja. Padahal yang namanya hidup, tidak mungkin lepas
            dari yang namanya masalah. Tidak ada dunia yang ideal,
            sempurna,  tanpa  keseimbangan  antara  sisi  baik  dan
            buruk. Kita semua terlahir sebagai pembohong sejati, Rio!
            Makanya kamu mungkin pernah mendengar ada kalimat
            orang  bijak  yang  berkata  bahwa  musuh  terbesar  dari
            manusia adalah dirinya sendiri.”

            “Jadi  untuk  apa  kita  hidup,  pak  Subar?”  pertanyaanku
            membuatnya  tertegun  sejenak  sambil  memandangi
            wajahku.

            “Hanya kamu yang tahu jawabannya apa, Rio,” jawab pak
            Subar sambil meninggalkanku sendiri.



                                     227
   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234