Page 226 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 226

“Mas…a…aku…”  Kata  Wanda  dengan  gugup  dan
            bergantian memandangi aku serta laki-laki itu.

            “Kamu berani masuk ke rumahku seperti ini!” laki-laki itu
            menghampiri aku dan mencengkeram kerah kemejaku.

            Aku memberontak, melepas cengkeramannya, dan berlari
            ke luar ruangan itu.

            “Semua  kejahatan  kalian  akan  kulaporkan  ke  polisi!”
            ancamku.


            “Coba saja! Lelaki goblok! Kamu pikir bisa melawan orang
            seperti  saya?!  Hah?!”  perkataan  laki-laki  itu  membuat
            langkahku terhenti.


            “Ini negara hukum, pak! Boleh saja bapak bangga dengan
            uang atau semua yang bisa bapak beli dan miliki dengan
            kekayaan dan pengaruh bapak. Tapi aku yakin, ada paling
            tidak satu atau dua dari seratus orang yang bapak sogok,
            dan  mereka  mau  membantu  aku  menjatuhkan  bapak
            sampai hancur!” teriakku.

            “Apa  artinya  satu  atau  dua  dari  seratus  orang,  anak
            muda?! Hah?! Hukum juga bisa saya beli! Oh iya, jangan
            lupa,  istri  kamu  juga  bisa  saya  rampas.  Adik-adik  asuh
            kamu di panti asuhan itu malah ketagihan sekarang jadi
            pelacur di rumah bordil milik saya!”

            Dengan  penuh  amarah,  aku  menjadi  kalap,  segera  aku
            mengerahkan segenap tenagaku dan menerjang laki-laki
            itu. Kucengkeram kerah kemejanya, lalu kudorong dengan
            sekuat  tenaga.  Lelaki  itu  tampak  tidak  siap,  langkah
                                     224
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231