Page 228 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 228
menyeret tubuhnya hingga berada dalam posisi terbaring
tepat di samping lelaki itu.
Sekelompok lelaki lainnya, penjaga rumah itu masuk dan
terkejut mendapati pemandangan mengerikan di hadapan
mereka. Mereka segera mengelilingi aku, mendorong
tubuhku tidur ke lantai, menginjak punggungku, lalu
memegang kedua tanganku agar aku tidak mencoba
kabur.
Beberapa saat kemudian, polisi datang menjemputku, lalu
aku diinterogasi, dipukuli, dan semua pembelaanku
dianggap mengada-ada oleh mereka. Kasus ini menjadi
heboh, semua orang membicarakannya. Sayangnya
terbalik dengan apa yang aku harapkan, semua perhatian
tertuju pada diriku. Berita tidak menuliskan tentang
matinya pengusaha jahat yang merusak hidup orang
banyak. Mereka menulis tentang pembunuh sadis
berdarah dingin yang membantai seorang pengusaha dan
istrinya.
Dan sejak saat itu, aku memilih untuk menyerah. Bahkan
sampai palu diketuk di pengadilan, vonis hukuman mati,
semua terasa datar bagiku. Aku merasa bahwa dunia ini,
memang bukan tempatku.
“Melamun lagi, Rio?” sapa pak Subar.
“Berat rasanya berbohong, pak Subar,” jawabku dengan
lesu.
“Berbohong pada orang lain, atau pada dirimu sendiri,
Rio?”
226