Page 235 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 235

“Duduk, nak Rio,” kata pak Hartono mempersilakan aku di
            ruangannya.

            “Siap, pak,” jawabku.

            “Saya  sengaja  memanggil  kamu  ke  sini  untuk
            menyampaikan     beberapa    hal.   Yang   pertama,
            menanyakan  kesungguhan  kamu  setelah  dua  hari  yang
            lalu  memasukkan  surat  pernyataan  penolakan  grasi.
            Apakah kamu sudah bulat dengan keputusan kamu, nak
            Rio?  Saya  tidak  mau  terkesan  mengintimidasi  atau
            membiarkan kamu mengambil suatu keputusan yang akan
            kamu sesali nantinya.”

            “Aku sudah memutuskan dengan matang, tanpa tekanan
            serta paksaan dari pihak mana pun, pak. Berkasnya boleh
            bapak proses secepatnya.” Jawabku dengan tegas.

            “Orang  dari  kejaksaan  akan  datang  sebentar,  nak  Rio.
            Setelah  surat  pernyataan  kamu  masuk,  penetapan
            eksekusi  kamu  bisa  berubah  sewaktu-waktu,  tidak
            menutup  kemungkinan  dipercepat.  Saya  bertanggung
            jawab  untuk  memastikan  kamu  tidak  berubah  pikiran.
            Tidak  ada  jalan  kembali  lagi  setelah  surat  di  tangan
            mereka.”

            “Aku siap, pak.” Jawabku.

            “Adakah  permintaan  terakhir  kamu  yang  bisa  saya
            rundingkan dengan pihak kejaksaan, nak Rio?”

            “Aku  ingin  seorang  rohaniawan  menemaniku  malam
            sebelum eksekusi, pak,” jawabku.
                                     233
   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240