Page 255 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 255
ungu. Dia cuek saja mengenakan tanktop seksi berwarna
kuning cerah, menikmati sinar matahari sore itu.
“Maaf,” kata Karma singkat.
Dia balas tersenyum menatapnya.
“Ah, senja yang sebenarnya bisa dinikmati dari hampir
setiap negara di dunia, tetapi berbondong orang datang ke
sini, justru untuk menyaksikannya di tempat ini. Ironis,
kan?” tanya si perempuan itu lagi.
“Ironis di mananya?” sanggah Karma.
“Seolah senja di rumah mereka sendiri tidak cukup indah
untuk dinikmati. Datang sejauh ini hanya untuk mencari
hal yang sebenarnya sama,” komentar si perempuan.
“Berada di tempat yang jauh bisa membuatmu lebih
memahami apa yang kamu sebut sebagai rumah,” balas
Karma.
“Rumah? Apa arti rumah untuk kamu?” tanya si
perempuan.
“Seperti tempat khusus di jiwa kamu, yang membuatmu
tahu kenapa kamu bangun setiap pagi dan memulai
aktifitasmu. Seperti sebuah perasaan yang meledak-
ledak, membuatmu rindu sekaligus benci, tetapi pada
akhirnya, kamu selalu kembali ke situ, dan menjalani
hidupmu,” jawab Karma.
“Tadinya aku mengira rumah adalah bangunan mati yang
merekam semua jejak amarah dan kesedihan, termasuk
253