Page 252 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 252

“Mungkin mau mencoba jemari mahir terapis pijat kami,
            tuan?” tanya resepsionis itu lagi.

            “Mungkin  nanti,  ya,”  jawab  Karma  sambil  tersenyum
            kepada resepsionis itu.

            Nada  dering  di  telepon  genggamnya  mengisyaratkan
            bahwa ojek online jemputannya telah tiba. Dia bergegas
            pamit setelah menitipkan tas kopernya dan menghampiri
            si pengendara ojek yang menunggu di depan hotel.

            “Pak Karma ya?” pertanyaan si pengendara ojek dibalas
            dengan anggukan olehnya.

            Karma diberikan sebuah helm, dan dipersilakan duduk di
            belakang, untuk bersiap memulai perjalanan.

            Menyusuri jalan aspal dan sejumlah kawasan jalan beton,
            lalu  berganti  paving.  Lalu  lintas  yang  cukup  padat
            merayap menyebabkan deretan mobil berbaris ibarat ular,
            sementara  motor  melaju  bebas,  selip-tikung  di  setiap
            celah yang ada.

            Ini  merupakan  kota  yang  pertama  bagi  Karma,  yang
            dikunjunginya, dengan trotoar jalan yang didesain rendah
            dan memiliki banyak ruas akses yang rata dengan jalan,
            dan ini dimanfaatkan oleh hampir sebagian besar motor
            yang  tergesa  ke  tujuan,  lalu-lalang  tanpa  peduli  fungsi
            hakiki tempat bagi pejalan kaki tersebut. Seperti semua
            orang sedang berlomba untuk sampai ke tujuan.

            “Kita  sudah  tiba,  Pak,”  tegur  si  pengendara  ojek  yang
            lantas  membuat  Karma  tersadar  dari  lamunannya,  dan
            turun dari motor tersebut.
                                     250
   247   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257