Page 248 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 248

“Siap, pak.” Jawabku sambil menganggukkan kepala dan
            mengambil sikap berdiri tegak, bersiap ikut dalam iringan
            mereka.

            Awalnya  langkah  kakiku  terasa  berat.  Aku  menghela
            napas  panjang,  dan  memantapkan  setiap  langkah  yang
            aku ambil.

            Pada akhirnya, aku berdiri di hadapan mereka, badanku
            terikat  di  sebuah  tiang  kayu  yang  besar.  Pak  Hartono
            mendekatiku.  Di  tangannya  ada  sebuah  kain  berwarna
            hitam.

            “Doaku untukmu, nak Rio,” bisiknya.

            Pak  Hartono  memasangkan  kain  hitam  itu,  menyerupai
            kantong besar, yang menutupi kepalaku.  Aku tidak bisa
            melihat apa-apa. Tiba-tiba aku merasakan ketakutan yang
            begitu  hebat,  seluruh  badanku  bergetar.  Suara  derap
            sepatu,  seperti  sekelompok  pasukan  berbaris  terdengar
            mendekat.

            Aku  mendengar  bunyi  sesuatu,  seperti  senapan  laras.
            Suara  seseorang,  perempuan,  membacakan  surat
            ketetapan eksekusi dari kejaksaan. Aku bahkan tidak bisa
            berkonsentrasi   menangkap     setiap   kata   yang
            diucapkannya. Setelah itu hening.

            Seperti  inikah  kematian?  Dunia  yang  tak  bergambar,
            tanpa  suara,  hanya  kegelapan  yang  pekat  dan  abadi?
            Hanya seperti ini?



                                     246
   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253