Page 245 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 245

buruk  tentang  seseorang,  itu  semua  bisa  menjadi  doa,
            yang  sadar  atau  tidak  sadar  justru  kita  minta  kepada
            Tuhan. Pada akhirnya, kita menciptakan penderitaan pada
            diri kita dan orang-orang di sekitar kita. Semua semata-
            mata karena keinginan yang tidak terpuaskan, lalu muncul
            kebencian yang malah kita jadikan sebagai pokok dalam
            doa.”

            “Apakah semua doa dikabulkan?”

            “Tuhan tidak pernah menutup mata dan telingaNya, nak
            Rio,” jawab pastor Bernard.

            “Ajari aku untuk berdoa, pastor,” kataku.

            “Kamu  bisa  pejamkan  mata  kamu,  dan  tegurlah  Tuhan,
            sampaikan  apa  yang  ingin  kamu  sampaikan,  termasuk
            tentang ibu kamu. Lalu di semua akhir dari doa, kita tutup
            dengan kata ‘Amin’, pertanda kita mengikhlaskan semua
            pokok doa kita kepada Tuhan, dengan harapan didengar
            serta dikabulkan. Dan setelah itu, kita bisa menjalani hidup
            kita dengan perasaan yang lebih baik dan lebih damai.”

            Aku memejamkan mataku, merasakan suatu energi yang
            aneh  mengalir  di  sekujur  tubuhku.  Pada  awalnya  aku
            merasa  tidak  nyaman,  di  benakku  terbayang  ketakutan,
            penyesalan, kesedihan, lalu kematian.

            “Lupakan tentang beban perkara yang kamu tanggung di
            pundakmu,  nak  Rio,  fokuskan  pada  pokok  doa  kamu,
            tentang  ibu  kamu.  Meminta  pada  Tuhan,  nak  Rio,  apa
            yang kamu harapkan untuk ibu…” Suara pastor Bernard
            menggema di ruang dengarku.
                                     243
   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250