Page 249 - GRC-BOOK-NEW2
P. 249
manajemen Permodalan
tinggi. Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (2010) menjelaskan bahwa konsep ini
merupakan pemikiran yang mendasari Risk Based Pricing (RBP) bahwa penentuan
besarnya suku bunga yang dibebankan kepada debitur didasarkan pada risiko
masing-masing debitur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suku bunga
kredit yang ditetapkan bank maka semakin besar risiko bank tersebut.
Namun demikian, perlu kita pahami benar bahwa estimasi kerugian dari expected loss
biasanya menyimpang dari perhitungan yang telah ditetapkan; tidak perrnah akurat
100%. Penyimpangan ini tentunya belum diperhitungkan dalam CKPN. Risiko ini disebut
unexpected loss. Dengan ungkapan lain, dapat ditarik sebuah benang merah yang
sungguh tegas bahwasanya kendatipun sebuah bank sudah berupaya secara maksimal
dalam mengelola risiko (baik risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional dan berbagai
inherent risk lainnya yang telah diatur secara tegas oleh regulator), namun demikian,
berbagai risiko dimaksud tidak pernah menjadi 0 alias musnah atau hilang sama sekali,
hingga kapan pun. Jadi, tetap saja terdapat risiko sisa. Ini yang dikenal luas dalam dunia
manajemen risiko dengan istilah residual risk. Risiko ini dapat menimbulkan kerugian
yang tidak diperkirakan oleh suatu perusahaan sebelumnya karena tidak akan pernah
dapat diprediksi ataupun diperkirakan. Istilah kerennya adalah unexpected loss.
Unexpected loss tersebut amat sangat berbahaya jika tidak diantisipasi dan/atau
dimitigasi dengan baik lagi bijaksana oleh suatu perusahan. Argumenya? Silahkan
simak Box 3.2!. Lalu, bagaimana caranya? Jawabnya “simple”. Dengan jalan membentuk
modal dan selanjutnya melaksanakan manajemen permodalan untuk memastikan
bisnis perusahaan yang sustainable dalam jangka panjang. Tegasnya lagi adalah sebuah
bank harus berupaya sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan modal yang “pas”
dalam rangka menutup dan/atau menyerap kerugian yang diakibatkan dari ancaman
kejadian yang tergolong unexpected loss, utamanya risiko yang bersumber dari proses
bisnis utama, yaitu: risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional.
Penggolongan/Jenis Modal
Pertanyaannya selanjutnya adalah berapakah jumlah modal yang “pas” bagi suatu
perusahaan untuk menjamin putaran roda bisnis mereka dapat tumbuh dan berkembang
secara sustainable dalam jangka panjang? Terdapa 2 (dua) penggolongan/jenis modal
yang biasa digunakan, yaitu: (1) Regulatory Capital (Recap); dan, (2) Economic Capital
(Ecap). Inti sarinya, dapat penulis paparkan, sebagai berikut:
REGUlATORy CAPiTAl
Recap adalah modal yang dipersyaratkan oleh regulator. Lebih tegasnya adalah
mulai dari tata cara hingga kepada formulasi perhitungan kecukupan modalnya
telah ditentukan oleh regulator (di Indonesia, d.h.i. adalah OJK). Singkatnya, untuk
mengelola recap yang dipersyaratkan OJK tersebut maka suatu bank diwajibkan
untuk memelihara rasio kecukupan modal (Capital Adequacy ratio [CAR]).
The Fundamentals of GRC 223