Page 11 - 1. Modul Bab 9
P. 11

Isbrantsen bersedia membeli barang-barang Indonesia (gula, karet, teh, dan lain-
                        lain)  dan  membawa barang-barang pesanan  Indonesia.   ternyata  kapal  yang

                        membawa barang-barang tersebut berhasil disita oleh Angkatan Laut Belanda.
                             Di Sumatera  pemerintah juga berusaha  menembus blokade Belanda. Sejak

                        tahun  1946  sampai  akhir  perang  kemerdekaan  usaha  ini    dilakukan  dengan

                        perahu  layar  dan  motor  ALRI.  Beberapa  aparat  Pemda  Aceh  juga  mencoba
                        menembus blokade  ke  negara terdekat  Singapura dan    Malaya. Bahkan  sejak

                        awal tahun 1947 Pemerintah RI telah berhasil membentuk perwakilan resmi di
                        Singapura yang diberi nama Indonesia  Office  (Indoff). Badan ini dipimpin oleh Mr.

                        Oetojo  Ramelan  dibantu  Soerjono,  Daroesman,  Mr.  Zairin  Zain,  Thaharudin

                        Ahmad,  dr.  Soeroso,  dan  Tamtomo.    Secara    resmi  Indoff  memperjuangkan
                        kepentingan  politik  di  luar  negeri,    namun    secara  rahasia  badan  ini  adalah

                        pengendali usaha penembus blokade dan melakukan perdagangan barter.
                             Kementerian  Pertahanan  juga  membentuk  perwakilan  di  luar  negeri  yang

                        disebut Kementerian Pertahanan Usaha Luar Negeri (KPULN). Perwakilan luar

                        negeri ini dipimpin oleh Ali Jayengprawiro. Tugas pokok  KPULN  adalah membeli
                        senjata  dan  menembus  blokade  musuh.  Sampai  tahun  1946,  Belanda  hanya

                        berhasil  menguasai    Pelabuhan    Belawan  sehingga  RI  masih  dapat
                        menyelundupkan  barang  ke  luar.  Selama  tahun  1946  barang  yang  diterima

                        Singapura dari Sumatera seharga Strait $ 20.000.000,00, sedang dari Jawa straits
                        $  1.000.000,00.  Sebaliknya  barang-barang  yang    dikirim  dari  Singapura    ke

                        Sumatera  seharga Straits $ 3.000.000,00 dan ke Jawa seharga $ 2.000.000,00.


                        F.  Penataan Sektor-sektor Lain


                             Pada  awal  kemerdekaan  itu  pemerintah  menghadapi  beberapa  masalah
                        ekonomi  yang  sangat  mendesak.  Masalah-masalah  tersebut  yaitu:  masalah

                        produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, dan status  dan  administrasi
                        perkebunan-perkebunan.

                        Untuk    memecahkan       masalah-masalah       tersebut   pemerintah     kemudian

                        menyelenggarakan Konperensi Ekonomi pada bulan Februari 1946. Konperensi
                        ini dipimpin oleh Ir. Darmawan Mangunkusumo dan dihadiri oleh para gubernur,

                        para cendikiawan, dan pejabat-pejabat lain yang  terkait.
                             Konperensi  memutuskan  untuk  menghapus  sistem  autarki  dalam

                        pelaksanaan  produksi  dan  distribusi  untuk  secara  berangsur-angsur  diganti

                        dengan  sistem  desentralisasi.  Untuk itu  kemudian  dibentuk  Badan  Pengawas
                        Makanan  Rakyat  yang  kemudian  mejadi  Badan  Persediaan  dan  Pembagian

                        Bahan Makanan (BPPBM). Badan ini di bawah supervisi Kementerian
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15