Page 9 - 1. Modul Bab 9
P. 9
dibentuk dan dipimpin Drs. Mohammad Hatta, kemudian pada tanggal 23
Desember 1949 pimpinan kabinet RIS bertolak ke Den Haag untuk
menandatangani pengakuan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949.
C. Kondisi Ekonomi Masa Perang Kemerdekaan
Pada kesempatan ini akan dibahas kondisi ekonomi pada masa perang
kemerdekaan. Di sini anda akan mengetahui usaha-usaha yang telah dilakukan
oleh pemerintah RI yang baru saja merdeka baik di bidang moneter perdagangan
maupun penataan sektor-sektor lain.
Pelajaran ini merupakan lanjutan dari pelajaran sebelumnya yang telah membahas
kondisi politik pada periode yang sama. Dengan mempelajari pelajaran ini
diharapkan anda akan mampu menjelaskan:
a. Masalah moneter pada masa perang kemerdekaan
b. Masalah perdagangan pada masa perang kemerdekaan
c. Masalah penataan sektor-sektor lain.
D. Masalah Moneter
Di bidang ekonomi negara baru ini menghadapi kenyataan yang cukup sulit.
Laju inflasi sangat tinggi. Ternyata sumber inflasi adalah kekacauan moneter.
Sampai bulan Agustus 1945 mata uang Jepang yang beredar di Jawa berjumlah
1,6 milyar. Jumlah uang beredar semakin meningkat ketika pasukan Sekutu
berhasil menduduki beberapa kota dan menguasai beberapa bak. Mereka ini
kemudian mengedarkan uang cadangan bank sebesar 2,3 milyar untuk
membiayai kegiatan mereka. Sementara itu pajak dan bea masuk sangat
berkuang, sebaliknya pengeluaran negara makin bertambah.
Karena belum mempunyai mata uang sendiri pada masa awal itu pemerintah
RI menetapkan berlakunya tiga macam mata uang sebagai alat pembayaran yang
sah di wilayah RI. Tiga mata uang tersebut adalah mata uang De Javasche Bank,
mata uang Pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.
Selanjutnya untuk mengatasi kesulitan moneter pemerintah mengusahakan
pinjaman nasional. Dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (BPKNIP) Menteri Keuangan Ir.
Surachman melaksanakan pinjaman yang direncanakan meliputi
Rp.1.000.000.000,00, yang dibagi menjadi dua tahap. Pinjaman tersebut akan
dibayar kembali selambat-lambatnya dalam waktu 40 tahun. Pada bulan Juli
seluruh penduduk di Jawa dan Madura diharuskan menyetorkan uang pada Bank
Tabungan Pos dan rumah-rumah pegadaian. Pinjaman tahap I berhasil
mengumpulkan dana sebesar Rp. 500.000,00. Sukses ini menunjukkan besarnya
dukungan rakyat pada pemerintah.
8