Page 172 - Pembelajaran Vokasi di Perguruan Tinggi - Agunawan Opa
P. 172
d. Tetapkan kriteria untuk pemilihan pembelajar dan pimpinan
lembaga.
e. Pastikan persyaratan hukum terpenuhi, termasuk
mengidentifikasi semua persyaratan keselamatan tempat
kerja.
f. Menilai minat dan kelayakan karir pembelajar untuk
mengidentifikasi calon peserta.
g. Kembangkan perjanjian pelatihan eksternal.
h. Pastikan bahwa pengawasan yang memadai diberikan selama
masa kerja melalui kunjungan tempat kerja, evaluasi, dan
komunikasi reguler.
i. Berikan pengakuan kepada pemangku kepentingan yang
berpartisipasi, dengan penekanan pada pemberi kerja tuan
rumah dan pembelajar.
j. Mempromosikan program eksternal kepada mitra bisnis dan
industri daerah (pengusaha), orang tua/wali, administrator
sekolah, pembelajar dan kelompok penasihat.
5. School-Based Enterprise (Perusahaan Berbasis Sekolah)
Model SBE ini merupakan penemuan baru bagi banyak
pendidik, tapi sebenarnya model ini telah ada selama beberapa
dekade (Pilot, 2011). Sebelum tahun 1990, banyak institusi
memisahkan pendidikan kejuruan dari kurikulum akademis. Dan
pada awal 2001, model tersebut telah diterapkan di 53% sekolah
menengah di AS (Ross, 2002). SBE menjadi semakin populer
karena sekolah menyadari pentingnya menggabungkan persiapan
karir dan pengajaran di kelas untuk mempersiapkan siswa untuk
masa transisi mereka dari sekolah menengah (DECA, 2018)
melalui (Byrd, 2019).
School-Based Enterprise (SBE) dapat didefinisikan sebagai
kegiatan yang disponsori sekolah yang melibatkan sekelompok
siswa dalam memproduksi barang atau jasa untuk dijual atau
digunakan oleh orang selain siswa yang terlibat. Keuntungan dari
SBE ini terkait: pemahaman yang lebih mendalam tentang materi
pelajaran akademik melalui aplikasi dalam konteks praktis,
161