Page 7 - e-modul bab 8 PAI
P. 7
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-
Nur:38).
Hukum potong tangan, jika dilihat sepintas memang nampak
kejam dan melanggar hak asasi manusia, tetapi perlu diingat bahwa
di balik hukum tersebut tersimpan hikmah yang amat besar. Pencuri
atau perampok, lebih-lebih koruptor telah merampas hak orang lain
atau hak negara. Pada kenyataannya, dengan dihukum penjara,
jarang dari mereka yang kemudian jera dan berhenti dari perbuatan
mencuri. Tetapi dengan adanya pencuri yang dipotong tangannya,
orang lain akan takut dan berpikir panjang untuk melakukan
pencurian, karena dia takut jika ketahuan akan dipotong tangannya.
Hukuman lain bagi koruptor adalah ta’zir (hukuman), mulai
yang paling ringan berupa dipenjara, lalu memecatnya dari jabatan
dan memasukkannya dalam daftar orang tercela (tasyhir), penyitaan
harta untuk negara, hingga hukuman mati. Hukuman ini disesuaikan
dengan besar kecilnya jumlah uang/barang yang dikorupsi dan
dampaknya bagi masyarakat.
B. Motif-Motif Korupsi
Korupsi di Indonesia nampaknya sudah menjadi budaya
masyarakat, bukan saja kalangan elit birokrat, tetapi juga pada
masyarakat luas di berbagai bidang. Akibatnya, sumber daya alam
yang melimpah di negeri ini tidak lagi berfungsi sebagai pintu
keberkahan hidup. Urusan yang semestinya mudah dikerjakan
menjadi sulit. Urusan yang mestinya membutuhkan waktu sebentar
menjadi berlarut-larut. Jika dilihat dari motifnya, korupsi disebabkan
oleh motif internal dan atau motif eksternal. Berikut ini dipaparkan
beberapa motif korupsi.
1. Motif Internal
Arti motif internal dalam hal ini adalah motif yang timbul dari
diri seseorang yang melakukan korupsi. Motif internal itu antara lain
(1) sikap terlalu mencintai harta (hub al-dunya), (2) sikap tamak dan
serakah, (3) sikap konsumtif dan hedonis, (4) pemahaman agama
yang dangkal, dan (5) hilangnya nilai kejujuran.
a. Sikap Terlalu Mencintai Harta (Hub al-Dunya)
Munurut K.H. Bisri Mustofa, akar segala permasalahan korupsi
adalah hub al-dunya (berlebihan dalam mencintai dunia). Dunia
6