Page 149 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 149
Pemikiran Agraria Bulaksumur
57
diperoleh dari luar negeri. Kebijakan ini dilanjutkan dengan
pembentukan Lembaga Keluarga Berencana Nasional pada Ok-
tober 1968, kemudian di tahun 1970 dibentuk Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Masalah kependudukan
di masa ini dianggap menjadi satu bagian integral dari program
pembangunan, dan pembangunan sulit dicapai jika “Indonesia
tidak benar-benar memperhatikan usaha pembatasan kelahiran”.
“Dinamika kependudukan itu sendiri mempunyai hubungan yang kait
mengkait dengan pertumbuhan ekonomi, perkembangan ilmu pengeta-
huan dan teknologi, dan pengembangan sumber daya alam dan energi,
karena itu perlu ditangani dari pelbagai segi”. 58
Kebijakan ini rupanya disokong oleh kalangan akademis.
Sampai dekade tahun 90-an tidak kurang dari 29 lembaga kepen-
dudukan terbentuk di Indonesia yang tersebar di berbagai pergu-
ruan tinggi. Mereka menyuplai pengetahuan yang dibutuhkan
oleh pemerintah dalam mengimplementasikan program ini
melalui berbagai riset, pelatihan, dan konsultasi kebijakan. Kepala
BKKBN waktu itu, Haryono Suyono, mengungkapkan tentang
57 Suara Pembaruan, Desember 1988. Sebelum menjadi program yang
diintegrasikan dengan Pelita I tahun 1969/70-1974/75, serangkaian diskusi, semi-
nar, dan pertemuan digelar diantaranya; (1) Simposium Kontrasepsi di Bandung
1967 mendukung KB, (2) Kongres pertama PKBI (Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia) bulan Februari 1967 di Jakarta, (3) dimulainya proyek
KB di DKI Jakarta bulan April 1967, (4) pada 16 Agustus Presiden Soeharto
dalam pidatonya mendukung program KB, (5) November 1968 lahir Lembaga
Keluarga Berancana Nasional (LKBN). Masri Singarimbun, “Keluarga Beren-
cana Indonesia Sampai Abad XXI: Beberapa Aspek Program dan Sosial
Budaya,” Op.cit., hlm. 2-3.
58 MT. Zein, Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup (Jakarta: Gramedia,
1979), hlm. 3 dalam “Kata Pengantar Masri Singarimbun,” dalam Paul R. Ehrlich,
Op.cit., hlm. XIV-XV.
130