Page 153 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 153
Pemikiran Agraria Bulaksumur
tidak selalu menampakkan suatu aktivitas ilmiah yang mengekor
pada kehendak politik yang dianut negara, di sisi lain tetap masih
muncul kegiatan ilmiah kritis meskipun tersebar. 63
Dari sisi metodologi, kecenderungan penelitian yang terlalu
bersifat survei dan mengandalkan kuisioner atau ‘quantitave min-
ded’ ternyata disadari oleh peserta lokakarya penelitian kepen-
64
dudukan di tahun 1976 itu. Ada wilayah-wilayah yang tidak
dapat dijangkau oleh metode ini. Tetapi di masa itu, seperti diung-
kap Daniel sebagai berikut.
“Para akademisi kehilangan arah di tengah kekuatan negara dan modal.
Indonesia dilanda oleh semangat berhala terhadap angka, Zahlenfetishis-
mus. Di banyak tempat baik itu di universitas, departemen pemerintah,
dan malah di luar dua tempat itu, ilmuwan pada dasarnya sudah menjadi
teknisi. Penelitian yang mereka lakukan sudah menurun derajatnya sede-
mikian rupa sehingga penelitian tidak lebih dari dan merosot menjadi
“kerajinan tangan”, pengumpul tabel. Para pemesan riset semakin meme-
rosotkan dunia riset karena tidak masuk akal mereka kalau ada penelitian
tidak mengandung tabel. Demikian pun para ilmuwan.” 65
Kegelisahan yang sama diungkapkan Masri bahwa ada
kecenderungan dalam penelitian kependudukan di Indonesia
untuk menekankan pada survei baru, tanpa memperhatikan
secukupnya hasil survei yang sudah ada dan data primer apa
63 Benjamin White, “Di Antara Apologia Diskursus Kritis: Transisi
Agraria dan Pelibatan Dunia Ilmiah di Indonesia,” dalam Vedi R. Hadiz dan
Daniel Dhakidae (ed.), Ilmu Sosial dan Kekuasaan di Indonesia (Jakarta: PT.
Equinox Publishing Indonesia, 2006), hlm. 119.
64 Masri Singarimbun, “Penelitian Kependudukan di Indonesia,” Makalah
disiapkan untuk ceramah pada Penataran Asisten Peneliti Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi di Jakarta, 18 Mei 1979, hlm. 5.
65 Daniel Dhakidae, Cendekiawan dan Kekuasaan Dalam Negara Orde Baru,
Op.cit., hlm. 336.
134