Page 201 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 201
Pemikiran Agraria Bulaksumur
penduduk. Di Miri, pada tahun itu, hanya 1 keluarga yang memi-
liki tanah lebih dari 2 ha. Sedangkan sejak 1963 populasinya
meningkat sebanyak 15 persen. Di Miri, 34 % keluarga yang ada
menggarap tanah baik sawah atau pekarangan kurang dari 0.1
ha. Kondisi ini bertahan cukup lama, sejak 15 tahun studi Ismael 133
menunjukan bahwa di Jawa orang dalam jumlah besar tergantung
hidupnya dari pertanian tetapi hanya memiliki kurang dari 0.1
ha tanah. Dapat dikatakan dari 116 keluarga di sana hanya
memiliki 0.22 ha. Rata-rata sekitar sepertiga di pekarangan, dan
sisanya dua pertiga di sawah. Tetapi dibandingkan dengan Srihar-
jo secara keseluruhan, sawah di Miri lebih luas karena di sana
tidak ada tegalan. Namun beberapa dari 116 keluarga itu tidak
tergantung pada pertanian semua, mereka memiliki sumber
pendapatan lainya. Mereka ini umumnya menggarap di bawah
rata-rata luas sawah yang dimiliki atau digarap. Tergambar jelas
dari penduduk tersebut tiga golongan; mereka yang luas tanah
taninya sangat kecil, mereka yang tidak memiliki hak guna atau
milik atas tanah, dan adanya kenyataan dimana sawah yang terairi
terkonsentrasi di tangan beberapa orang.
Untuk menguatkan tesis bahwa kepadatan penduduk mem-
persempit perolehan pemanfaatan sumber daya penelitian itu
menunjukan bagaimana di Miri sawah menampung terlalu
banyak tenaga kerja dan memperkecil pendapatan mereka.
Jumlah besar tenaga kerja itu segera terlihat jelas dengan perban-
dingan yang dibuat dalam laporan itu. Di Sumatera Timur petani
menggarap tanah 0.84 ha, menggunakan tenaga kerja keluarga,
133 J.E. Ismael, Keadaan Penduduk di Duapuluhtiga Desa di Djawa dalam M.
Singarimbun & D.H. Penny, A Case Study of Rural Poverty, Buletin of Indone-
sian Economic Studies (BIES) 8:1, 79-88.
182