Page 196 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 196
Pemikiran Masri Singarimbun
rezeki yang ada, hingga makin lama makin sedikit sekali yang diterima
oleh masing-masing anggota masyarakat … suatu proses yang … saya na-
makan “shared poverty”… masyarakat desa itu tidak terbagi atas golongan
golongan “have” dan “have note” melainkan … golongan “cukupan” dan
“kekurangan”.
Tetapi shared poverty yang digambarkan Geertz yang mengin-
dikasikan adanya suatu situasi yang egaliter dan homogen di
pedesaan itu tidak seperti kenyataanya. Masri sepenuhnya setuju
dengan pendapat Sajogyo dan White bahwa yang terjadi adalah
tekanan penduduk atas penduduk atau tekanan manusia atas
manusia, dan bukan tekanan penduduk atas tanah. Kekuasaan
atas tanah dapat memberi orang kekuasaan untuk berkata: “mulai
tahun ini anda tidak mendapat separo lagi, tetapi sepertiga; mulai
tahun ini anda jangan lagi mengerjakan tanah saya, sebab anda
tidak memilih saya dalam pencalonan lurah; mulai panen ini anda
tidak dapat lagi turut panen di sawah saya karena padi saya sudah
ditebaskan; mulai sekarang yang panen tidak mendapat seperlima
tetapi sepertujuh; mulai tahun depan yang bisa turut menuai cuma
mereka yang turut menanam dan menyiangi karena kami mengi-
kuti cara ceblokan; untuk mereka yang turut panen tidak lagi diberi
upah padi tetapi jerami; mulai sekarang anda tidak menumbuk
padi saya lagi karena sudah ada huller”. Meskipun Masri sepen-
128
dapat dengan analisis ini tetapi dia tidak melihat penerapan
reforma agraria sebagai jalan keluar yang tepat untuk mengatasi
masalah itu. Bagaimanapun, baginya persoalan jumlah penduduk
tetap menjadi masalah yang utama. 129
128 Masri Singarimbun, “Masalah Tanah dan Kependudukan”, Ibid., hlm. 7.
129 “Kurangnya Kesempatan Kerja Menarik Orang Bekerja Sebagai Buruh
Tani”, Sinar Harapan, Selasa, 7 Juli 1981.
177