Page 191 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 191

Pemikiran Agraria Bulaksumur
                Dalam konteks studi agraria, setidaknya ada tiga hal yang
            akan didiskusikan pada bagian ini; pertama, dimana titik temu
            studi agraria dan studi kependudukan? Kedua, apa sumbangan
            pemikiran Masri terhadap studi agraria? Ketiga, bagaimana Masri
            melihat persoalan agraria dan pemecahan masalah yang diajukan
            oleh kajian agraria?
                Persoalan agraria tidak hanya menyangkut soal “tanah” atau
            “pertanian” saja. Istilah ini memiliki arti “wilayah” atau “tanah
            negara”, yang dengan demikian cakupannya menjadi sangat luas.
            Di dalamnya termasuk flora dan fauna, barang tambang, dan juga
            manusia. Pendeknya segala sesuatu yang berada di atas maupun
            terkandung dalam tanah, dan segala hal yang ada di bawah langit.
            Pengertian yang sama digunakan dalam UUPA 1960, pada pasal
            1 ayat 1-5, “Bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan yang
                                  122
            terkandung di dalamnya”.  Sedangkan istilah-istilah seperti “tata
            ruang”, “lingkungan”, “sumber daya alam”, mungkin juga ter-
            masuk istilah semacam “pembangunan pedesaan”, “keadilan
            akses”, “kesempatan dan pemberdayaan perempuan”, dan seba-
            gainya tidak lain adalah bagian dari studi agraria itu sendiri.
            White (2006) juga mencermati tentang studi agraria di Indonesia,
            ia menulis “kajian agraria yang saya maksudkan adalah riset dan
            pengajaran tentang struktur agraria, sejarah agraria, reforma agraria,
            kemiskinan pedesaan, dan pembaharuan pedesaan”. 123



                122  Meskipun pengertian agraria tidak terbatas soal tanah, tetapi banyak
            orang beranggapan bahwa bicara soal agraria adalah bicara soal tanah. Wiradi
            pun mengakui hal ini, “Memang semua pengertian di atas memberi kesan bahwa
            tekanannya pada tanah. Tetapi hal ini justru karena tanah itu mewadahi
            semuanya”. Lihat Gunawan Wiradi, Metodologi Studi Agraria, Karya Terpilih
            Gunawan Wiradi (Yogyakarta: STPN, 2009), hlm. 100-111.
                123  Benjamin White, “Di Antara Apologia Diskursus Kritis: Transisi

            172
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196