Page 233 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 233
Pemikiran Agraria Bulaksumur
dan juga menyimpan sejumlah persoalan dalam implementa-
sinya, namun mestinya IDT tidak cukup hanya dinilai pada level
programatik, melainkan juga pada level konseptual seturut
pemikiran para penggagasnya. Di tangan rejim militer neo-fasis
dengan birokrasi yang korup, dari sudut para penggagasnya IDT
adalah sebentuk necessary condition yang perlu untuk dilakukan.
Program itu sendiri hingga 1997 (sejak digulirkan pertama pada
1993) telah mencakup 28.223 desa, 3,4 juta kepala keluarga, 123.000
kelompok masyarakat (Pokmas), dan tak kurang melibatkan
sekira 4.000 sarjana pendamping. 23
Sementara itu, di wilayah keilmuan, kiprah Mubyarto jauh
lebih menonjol. Ia adalah pendiri sekaligus ketua Perhimpunan
Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) selama dua periode perta-
ma berturut-turut (1969-1973). Sebagai organisasi keilmuan, Per-
hepi bukanlah perkumpulan sarjana ekonomi pertanian (agricul-
tural economists), melainkan perhimpunan profesi ekonomi perta-
24
nian (society of agricultural economics). Perhimpunan ini bisa dika-
takan merupakan bentuk pelembagaan kritik terhadap ISEI
(Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia), sekaligus mewakili keti-
dakpuasan atas model pembangunan pemerintah yang bersifat
sentralistik, bias perkotaan, dan terlalu pragmatis. Sehingga mun-
cul pameo, jika ISEI lebih suka berbicara mengenai uang, perban-
kan, dan ekonomi makro, maka Perhepi banyak bicara tentang
25
petani, pertanian, perdesaan, dan perekonomian mikro. Keter-
23 Mubyarto (ed.), Kisah-kisah IDT: Penuturan 100 Sarjana Pendamping
(Yogyakarta: Aditya Media, 1997).
24 Mubyarto, “State of the Art” Ilmu Ekonomi Pertanian Indonesia (Jakarta:
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1997), hal. 1.
25 Wawancara P.M. Laksono dengan Dibyo Prabowo (1939-2009). Lihat
P.M. Laksono, “Social Science Association”, dalam Vedi R. Hadiz dan Daniel
214