Page 291 - Pemikiran Agraria Bulaksumur Telaah Awal atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo Masri Singaarimbun dan Mubyarto
P. 291
Pemikiran Agraria Bulaksumur
Kedua, asumsi bahwa teori ekonomi Barat berlaku universal.
Banyak ahli ekonomi pembangunan yang bersepakat bahwa teori
ekonomi tradisional (Neoklasik dan Keynesian) terbatas relevan-
sinya untuk memahami segi-segi khusus perekonomian di banyak
120
negara berkembang. Dalam bahasa Todaro, konsep dan prinsip-
prinsip ilmu ekonomi Barat lahir dari karakter dan struktur yang
khas Barat, karena itu tidak mungkin digunakan untuk menerang-
kan hal-hal khusus di luar ciri masyarakat Barat. Mengenai hal
ini, Gunnar Myrdal menulis,
“Economic theorists, more than other socil scientists, have long been dis-
posed to arrive at general proposition and then postulate them as valid for
every time, place, and culture. There is a tendency in contemporary eco-
nomic theory to follow this path to the extreme. … when teories and con-
cepts designed to fit the special conditions of the Western world—and thus
containing the implicit assumption about social reality by which this fit-
ting was accomplished—are used in the study of underdeveloped contries
in South Asia, where they not fit, the consequences are serious.” 121
Jika secara sosiologis, relevansi teori ekonomi konvensional
telah dimiskinkan oleh jarak kebudayaan, maka secara episte-
mologis sifat ilmu ekonomi konvensional telah dimiskinkan oleh
keberjarakannya dengan soal moral, atau apa yang oleh beberapa
ekonom hal serupa ini disebut sebagai etika. Pandangan ini
122
kurang lebih sama seperti yang juga diyakini Kurt Dopfer, bahwa
120 Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, (Jakarta:
Erlangga, 1987), hal. 12.
121 Gunnar Myrdal, Asian Drama: An Inquiry into the Poverty of Nations,
Volume I (New York: Pelican Books, 1968), hal. 16-17.
122 Amartya Sen, Masih Adakah Harapan Bagi Kaum Miskin: Sebuah
Perbincangan tentang Etika dan Ilmu Ekonomi di Fajar Milenium Baru (terj. On
Ethics and Economics), (Bandung: Mizan, 2001), hal. 7.
272