Page 16 - Microsoft Word - E-BOOK Guru Menembus Amerika
P. 16
“Mungkin kamu kecapaian, jadi mimpi di sore hari.
Bangun dan cuci muka,” kata Ibu lagi. Segera saya bangun
dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
“Sekalian saja mandi, Erika. Sudah sore, mau makan
malam,’’ teriak ibu. Saya pun mengikuti anjuran ibu. Sekitar
lima belas menit, saya selesai mandi, berpakaian dan menuju
ruang tamu.
“Kata ibu, kamu mimpi ya, Erika,” sapa ayah di ruang
tamu. Tiba-tiba saya tertawa terbahak-bahak. Ayah melihat
ke arah saya, kebingungan. “Kenapa tertawa?“ Tanya ayah.
Ibu datang ke ruang tamu dan juga tertawa, tapi tidak
terbahak-bahak seperti saya.
“Erika mimpi juara satu lomba bahasa Inggris, pak,” ibu
memberikan penjelasan. Sebab saya belum bisa menahan
rasa geli atas mimpi sore itu. Saya hanya mengangguk-
angguk saja sebagai tanda setuju dengan jawaban ibu ke
ayah. Saya ambil kursi dan duduk dekat ayah. “Betul, ayah.
Saya bermimpi juara satu lomba bahasa Inggris. Mungkin
saya sangat mengharap jadi juara satu pada saat lomba.
Siapa tahu hadiahnya ke Amerika.” Saya pun memberi
tambahan penjelasan ke ayah dan melihat wajahnya gembira.
“Semoga saja ya,” jawab ayah.
“Ayuk, makan malam. Adik-adikmu sudah di meja
makan!” Ajak ibu. Saya dan ayah berdiri dan segera menuju
ke ruang makan dan ternyata benar kalimat ibu, bahwa adik-
adik sudah menunggu di meja makan. “Tumben lengkap
neh,” sapa saya ke adik-adik.
“Iya kak, aku lagi tidak ada les. Jadi bisa pulang cepat,”
jawab adik saya yang bungsu. Kedua adik saya yang lain
10 | Erika Ambarita