Page 15 - Kisah-korupsi-kita-halaman-1-24
P. 15

Tidak menyalatkan jenazah koruptor,   Musyawarah Nasional Alim Ulama
                   sebelum uang atau harta hasil     dan Konferensi Besar Nahdlatul
                   korupsinya dikembalikan           Ulama, Juli 2002
                   Kartu tanda penduduk (KTP) pelaku   Ketua Umum KNPI, Hasanuddin
                   korupsi diberi kode khusus        Yusuf, Juli 2009

                   Pencabutan hak politik sebagai    Rekomendasi hasil Mukernas III
                   penyelenggara negara seumur hidup  Partai Persatuan Pembangunan,
                                                     April 2011

                   Pemberian sanksi kerja sosial dan   Indonesia Corruption Watch,
                   perampasan kekayaan koruptor      Oktober 2011
                   Memiskinkan koruptor, seperti menyita   Direktur Pusat Kajian Antikorupsi
                   harta kekayaan atau aset          UGM, Zainal Arifin Mochtar, April
                                                     2010
                   Ditempatkan dalam sebuah kebun yang   Ketua Mahkamah Konstitusi,
                   serupa dengan kebun binatang      Mahfud M.D., November 2011
                   Hukuman sosial: menyapu jalan, terminal,   Komisi III DPR-RI, Oktober 2016
                   dan membersihkan WC umum
                  Sumber: Buku Pintar Kompas 2011 dengan penambahan.


                     Dorongan untuk korupsi memang perlu dikaji lebih jauh mengingat
                  tidak adanya kata  "kapok" pada para pelakunya. Kita  meyakini bahwa
                  para koruptor sangat memahami perbuatan korupsi yang dilakukannya
                  itu haram dan merupakan kejahatan  luar biasa. Namun, mereka tetap
                  melakukannya dengan menerjang segala risiko.
                     Perbuatan tindak pidana korupsi merupakan pelanggaran terhadap
                  hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat sehingga tindak pidana
                  korupsi tidak dapat lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary-
                  crimes), tetapi telah menjadi kejahatan luar biasa (extra-ordinary crimes).
                  Wajar jika kemudian Indonesia yang dalam  banyak  survei menempati
                  posisi  negara  terkorup, melakukan  juga  tindakan-tindakan  luar  biasa
                  (extra-ordinary enforcement) untuk  mengendalikan  dan menangani
                  korupsi serta melakukan  suatu  langkah berbeda dari pendekatan  yang
                  sudah ada untuk meningkatkan apa yang disebut deteren effect ‘efek jera’.


                   Efek Jera di Tengah Tren Vonis Ringan
                                                                                    Korupsi digolong­
                                                                                    kan sebagai keja­
                                                                                    hatan luar biasa
                  Efek  jera  selalu  dilihat  dari hukuman  setimpal  yang  diberikan  kepada   (extra­ordinary
                  para koruptor. Namun, UU tentang  Pencegahan Tindak Pidana  Korupsi   crime) sehingga
                                                                                    seharusnya para
                  (Tipikor)  masih memberikan ruang bagi  para penegak  hukum untuk
                                                                                    koruptor dihukum
                  menjatuhkan  hukuman  ringan  kepada  para  koruptor.  Di dalam  Pasal  3
                                                                                    dengan hukuman
                  termuat ancaman hukuman minimal 1 tahun penjara dan maksimal seumur   setimpal.
                  hidup, sedangkan Pasal 2 dapat digunakan, yaitu hukuman minimal bagi
                                  ANATOMI KASUS-KASUS BESAR DALAM KAJIAN INTERDISIPLINER  7
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20