Page 129 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 129

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                Indonesia.  Perjuangan  para  pendahulu  seperti  Diponegoro,  Imam
                Bonjol dan lain sebagainya dianggap sebagai perjuangan yang bersifat
                primordial.  Bukan didasari  persatuan  dan  keutuhan  sebuah  bangsa.
                Karena  itu,  tidak  relevan  jika  perjuangan  mereka  diatasnamakan
                bangsa Indonesia, dan dicap sebagai basis dari perjuangan generasi
                berikutnya.  Selain  itu,  pada  masa  tersebut  nama  Indonesia  belum
                dirumuskan  dengan  baik,  sehingga  apa  yang disebut  Indonesia  kala
                itu masih belum jelas.

                       Selanjutnya Sutan Takdir membagi periodisasi sejarah bangsa
                Indonesia,  dan  merumuskan  periode  setelah  tahun  1900  sebagai
                masyarakat dan kebudayaan baru. Dia berargumen bahwa pada masa
                inilah sebagian para intelektual dan cendikiawan sudah mulai sadar
                akan makna sebuah bangsa dan persatuan. Dasar perjuangan mereka
                sudah mulai jelas. Mereka mengedepankan satu tujuan perjuangan,
                yaitu  perjuangan  untuk  bangsa  Indonesia.  Maka  dari  itu,  dengan
                tegas  Sutan  Takdir  mengatakan  bahwa  sejarah  Indonesia  yang
                sebenarnya  baru  dimulai  pada  abad  kedua  puluh,  ketika  lahir
                generasi  baru  di  wilayah  Nusantara  ini,  yang  dengan  sadar
                                                                  56
                menempuh jalan baru untuk bangsa dan negerinya.
                       Dari tulisan yang dimuatnya dalam surat kabar Pujangga Baru
                itu,  yang  paling  mendapat  respon  dari  kalangan  cendikiawan  dan
                intelektual  lain  adalah  pernyataan  kontroversial  Sutan  Takdir  yang
                mengatakan bahwa “sekarang saatnya kita mengarahkan pandangan
                kita  ke  Barat”.  Menengadahkan  wajah  ke  Barat,  menurut  Sutan
                Takdir,  bukanlah  pilihan,  melainkan  keharusan.  Timur  yang
                anggapnya  statis  harus  belajar  dari  Barat  yang  bersifat  dinamis.
                Dengan  gencar  Sutan  Takdir  mengkampanyekan  jargon  “kita  harus
                belajar dari barat”. Lebih jauh lagi, Sutan Takdir mengatakan bahwa
                saatnya  kita  memutus  tali  masa  lalu  dengan  tidak  terlalu  lama
                terjerembab  dalam  romantisme  dan  kebesaran  sejarah  masa  lalu,
                sehingga kita tidak menjadi budak-budak masa lalu.
                       Pendapat-pendapat Sutan Takdir dalam surat kabar Pujangga
                Baru  tersebut  menunjukan  bahwa  betapa  dia  sangat  terpesonanya
                dengan kebudayaan Barat. Dia tampak begitu bersemangat  untuk



                                                                                 117
   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134