Page 133 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 133
TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
Barat pada saat menuju jalan kecerdasan. Berikut pendapat
Soetomo:
“...Jangan sampai kita juga ikut merasakan beberapa
“kesedihan dan kesakitan” masyarakat seperti di Eropa, yang
waktu itu sedang sibuk mencari jalan baru, untuk
melenyapkan pengaruh intelektualisme, yang wujud dan
akibatnya sungguh merusak. Di mata internasional
kecerdasan kita masih terbelakang sekali. Hal ini dapat
menguntungkan kita juga agar kita waspada dan bijak.
Bukankah didalam evolusi kita dapat melompati beberapa
fase tingkat kecerdasan itu, yang di barat dialami pahit dan
getirnya? Seandainya kita sebagai bangsa sudah mampu
membuat atau membeli kapal terbang, tentu kapal yang lebih
modern akan menjadi pilihan kita. Sedangkan bahaya,
kesulitan, dan kecelakaan akibat kapal terbang yang kuno tak
62
akan menjadi pengalaman dan resiko kita”.
Begitu pula halnya dengan isu pendidikan. Menurut Soetomo,
pendidikan Barat yang diselenggarakan di Indonesia oleh pemerintah
kolonial sebenarnya sudah terlihat sejak awal kekurangan dan
kesalahannya. Untuk itu, Soetomo mendukung gagasan Taman Siswa
yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Menurutnya, menekankan
gagasan pendidikan pada produk Barat seperti intelektualisme,
individualisme, egoisme, dan materialisme memang penting. Namun,
jika hanya aspek tersebut yang ditekankan, niscaya hanya akan
menciptakan generasi bangsa yang hanya cakap berfikir tanpa
diimbangi dengan nilai-nilai luhur sebuah bangsa. Dalam konteks
inilah Soetomo mendukung konsep pendidikan Taman Siswa, karena
sangat mengadopsi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Kekurangan
dalam pendidikan Barat yang dimaksud Soetomo adalah tidak
disertakannya nilai-nilai luhur atau kebudayaan lokal tersebut dalam
peroses mendidik. Penyertaan pelajaran-pelajaran yang diadopsi dari
kearifan lokal, menurutnya, dapat dijadikan penutup dari
kekurangan konsep pendidikan Barat. Ia mencatat antara lain
121