Page 136 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 136
TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
mendahulukan kepentingan orang lain). Altruisme ini sebenarnya
menekankan pengabdian pada masyarakat dan bangsa, sehingga
seorang intelektual yang terdidik tidak hanya dapat memuaskan
dirinya sendiri, namun dapat menjadi pencerah bagi sekitarnya.
Dengan demikian, dari sifat altruisme tersebut muncul keluhuran
budi, kehalusan rasa, kemurahan hati di setiap intelektual yang
65
terdidik . Terkait gagasannya mengenai altruisme Soetomo menulis:
“...Egoisme dan kecenderungan mencari aman untuk diri
sendiri, adalah salah satu pondasi, kecenderungan dasar yang
terdapat pada kita. Ini dasar kita sebagai individu, harus
ditimbang dengan berkembangnya perasaan “aku” yang lebih
luas, dengan berkembangnya altruisme, yaitu sifat yang
mementingkan kebutuhan orang lain. Sedang egoisme itu
seolah-olah bersifat merusak, karena menghalangi
perkembangan “perdamaian: di dalam hubungan kita dengan
kita. Oleh karena itu, di dalam pengajaran apa saja, di dalam
ilmu filsafat, ilmu pendidikan dan juga di dalam agama, tidak
ada aliran yang memajukan berkembangnya perasaan
66
egoisme, “aku” yang sempit itu.
Perdebatan di atas selanjutnya membawa perbedaan
pendapat di antara kedunya terkait apa yang disebut sebagai
“perguruan” dan “pendidikan”. Soetomo menganggap bahwa Sutan
Takdir tidak bisa membedakan apa yang dinamakan antara perguruan
dan pendidikan; dia mencampur adukan definisi keduanya, seperti
dalam artikelnya yang berjudul “Didikan Barat dan Didikan Pesantren
67
Menuju Masyarakat Dinamis”. Menurut Soetomo, Sutan Takdir
cenderung mencampuradukan kedunya dan tidak paham definis
keduanya secara mendasar. Menurutnya, yang diselenggarakan
Belanda di Indonesia adalah perguruan, bukan pendidikan.
Pendidikan yang sesungguhnya adalah kecerdasan yag dapat
membuat seorang intelektual peduli dan berkorban untuk bangsanya,
124