Page 139 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 139
TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
Selain itu, Sotomo mendukung sistem pendidikan pondok
sebagai sistem pendidikan di mana siwa dapat terpelihara dan dapat
terawasi. Maka dari itu, dia secara terang-terangan
mengkampanyekan pendirian pondok di beberapa kota besar di
Indonesia. Soetomo menganggap anak-anak yang sekolah di sekolah
belanda seperti di HIS, AMS, dan MULO tidak terawasi oleh orang tua
mereka. Mereka menjadi pribadi yang tidak dekat dengan sosok
orang tua, dan tidak memiliki rasa hormat terhadap orang tua.
Mungkin hal ini juga yang dirasakan Soetomo yang pernah
menempuh pendidikan di Barat. Soetomo menulis:
“... pun bukan itu saja kepentingannya. Malah kepentingkan
pondokan itu jangan terlampau diletakkan pada mahal atau
murahnya biaya, karena itu tergantung pada yang
memakainya. Yang terpenting ialah pengaruhnya atas
pendidikan anak-anak kita.
Dalam pondok, bukan hanya pengajaran anak-anak itu
terpelihara, tapi juga kehidupan sehari-harinya akan
71
mendapat tuntunan dan pengawasan, dan seterusnya...”
Soetomo juga memberikan beberapa gambaran cukup rinci
menyangkut konsep pendidikan pesantren. Dia mencatat bahwa
banyak orang tua takut untuk menempatkan anak-anaknya di
pesantren. Mereka tidak yakin bahwa konsep pendidikan pesantren
akan memberikan kemajuan bagi anak mereka. Namun, Soetomo
tidak melihat pesantren dari sisi konten dan konsep pengajarannya
saja. Ia juga menilai dari sudut pandang yang berbeda. Menuruntnya,
meskipun tradisional, pesantren telah terbukti dapat menghasilkan
lulusan-lulusan yang bisa menyeimbangkan antara intektual dan
spiritual. Selain itu ia beranggapan bahwa pesantern menghapuskan
segala bentuk startifikasi masyarakat. Di sana semua anak tidak ada
yang dibedakan. Mereka berbaur menjadi satu, tidak peduli anak
petani, pedagang, maupun bangsawan. Hasilnya lulusan pesantren
127