Page 135 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 135

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                dianggapnya luhur dalam penyelengaraan pendidikan. Soetomo
                menulis:


                        “...Tidak  cukup  kiranya,  kalau  penuntun  bangsa  itu,  yaitu
                        mereka yang menjadi tulang belakang masyarakat Indonesia,
                        hidupnya  hanya  mempunyai  “alat  yang  tajam”  seperti
                        kecerdasan.  Sedangkan  “manusianya”,  orangnya,  aku-nya
                        sama  sekali  tidak  mendapat  pemeliharaan  dan  didikan  yang
                        dapat  mengembangkan  jiwanya  yang  memungkinkan  orang
                        itu,  individu  itu  memakai  kecerdasannya,  perasaannya,
                        budinya,  dan  semua  kemampuannya  guna  keperluan  dan
                        keelokkan  nusa  dan  bangsa.  Kita  memerlukan  bangsa  yang
                        kaya  bukan  karena  kecerdasannya  saja,  yang  dipelihara
                        sebaik-baiknya  dan  mencapai  kecerdasan  setinggi-tingginya.
                        Namun,  yang  paling  utama  kita  perlu  memiliki  “Manusia
                        Indonesia”,  yang  memiliki  semua  sifat  yang  baik  dan  luhur,
                        hingga  “aku”-nya  yang  menjadi  pemimpin  mengolah  semua
                        kemampuan  itu.  Kita  pun  dapat  bergerak  sekuat-kuatnya,
                        bekerja  aktif  seaktif-aktifnya,  guna  menyempurnakan
                                         64
                        masyarakat kita.”


                       Terdapat  istilah  menarik  yang  digunakan  Soetomo  untuk
                menyikapi  gagasan  egoisme  yang  merupakan  produk  barat  yang
                dikampanyekan Sutan Takdir. Egoisme dianggap sebagai sebuah sifat
                yang membuat seorang bergerak dinamis untuk mengejar apa yang
                menjadi cita-citanya. Namun, sifat egoisme hanya akan menciptakan
                manusia-manusia yag bersifat individualistis, dan tidak peka terhadap
                keadaan  sosial  yang  ada  di  lingkungan  sekitar.  Soetomo  memang
                tidak  menolak  gagasan  egoisme  tersebut  karena  menurutnya  sifat
                egois dan ingin maju sendiri merupakan fitrah manusia. Hal itu hanya
                perlu  diarahkan  dan  tidak  sepenuhnya  dihilangkan.  Namun  ada  hal
                lain  yang  tidak  kalah  penting  untuk  ditekankan  di  sini  adalah  sifat
                berkorban atau dalam gagasan Soetomo disebut altruisme (sifat




                                                                                 123
   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140