Page 167 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 167
TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
2.15. Menggagas Filsafat Sejarah Nasional
Bersamaan dengan pemikiranya tentang sejarah,
sebagaimana telah dijelaskan di atas, Yamin pada saat beramaan juga
mengetengahkan gagasan tengang filsafat sejarah nasional. Mengacu
pada pemikiran Ibnu Khaldun tentang sejarah, Yamin berpandangan
bahwa sejarah tidak semata-mata keterangan tentang peristiwa-
peristiwa politik, negara-negara dan kejadian-kejadian masa lampau.
Dalam sejarah terkandung usaha mencari kebenaran dengan
membuat tafsiran secara sintesis kejadian-kejadian dalam perjalanan
sejarah, termasuk dalam konteks ini perjalanan sejarah Indonesia
dalam ruangan hidup rohani dan jasmani bangsa Indonesia. 109 Perlu
ditegaskan bahwa menurut Ibnu Khaldun, dalam hakikat sejarah
terkandung pengertian observasi dan usaha mencari kebenaran,
keterangan yang mendalam tentang sebab dan asal benda wujudi,
serta pengertian dan pengetahuan tentang substansi, esensi dan
sebab-sebab terjadinya peristiwa. Dengan demikian sejarah benar-
benar terhunjam berakar dalam filsafat dan patut dianggap sebagai
salah satu cabang filsafat. 110 Dasar inilah rupanya yang menjadikan
dasar Yamin, bahwa sejarah Indonesia harus didasarkan pada filsafah
Indonesia.
Dalam pemikiran Yamin, filsafat sejarah nasional dibangun
berdasarkan empat pilar, dan karenanya disebut Catursila
Khalduniyah. Istilah Khalduniyah sengaja digunakan untuk
memuliakan seorang tokoh Muslim, Ibnu Khaldun, yang telah berjasa
dalam perkembangan pemikiran filsafat dan penulisan sejarah.
Berikut ini adalah empat sila sebagaimana diuraikan Yamin. 111
1. Sila pertama: kebenaran.
Tujuan akhir yang dijadikan tugas bagi tiap-tiap ilmu filsafat
ialah mencari kebenaran yang sesungguhnya, dengan seganja
disebutkan mencari kebenaran, dan tidak disebutkan mendapatkan
kebenaran yang juga dapat dikatakan mempunyai atau memiliki
kebenaran. Filsafat sejarah mempunyai dinamika yang aktif,
sedangkan filosof sejarah adalah seorang musafir yang merantau
mendekati tujuan menuju kebenaran yang belum jatuh ke dalam
genggaman tangannya, melainkan selalu kian waktu kian dekat
155