Page 206 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 206
TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
diri dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan. Karenanya,
hendaklah setiap murid dapat berkembang dengan sewajarnya.
Dengan azaz kebudayaan tidak berarti asal memelihara
kebudayaan kebangsaan, tetapi pertama-tama membawa
kebudayaan kebangsaan itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan
kecerdasan zaman, kemajuan dunia dan kepentingan hidup rakyat
lahir batin pada tiap-tiap zaman dan keadaan. Sementara itu, dengan
azaz kebangsaan, berarti tidak boleh bertentangan dengan
kemanusiaan, malah justru harus menjadi bentuk dan perbuatan
kemanusiaan yang nyata dan oleh karena itu tidak mengandung arti
bermusuhan dengan bangsa lain, melainkan mengandung rasa
bersatu dengan bangsa sendiri, satu dalam suka cita, dalam kehendak
menuju kepada kebangkitan dan kebahagiaan hiduplahir dan batin
34
seluruh bangsa.
Untuk menyempurnakan penerapan nilai-nilai yang
terkandung dalam Panca Dharma tersebut, Taman Siswa
mengutamakan semboyan-semboyan serta lambang-lambang dalam
kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dianggap perlu untuk
mengembangkan kepribadian peserta didik, bukan saja pikirannya
melainkan juga perasaannya. Semboyan-semboyan tersebut
diberikan dalam bentuk sastra dan berupa lukisan atau wujud
kesenian lainnya, agar anak-anak didik mudah mengingatnya. Di
antara semboyan tersebut adalah: (1) lawan sastra ngesti mulia,
yaitu semboyan yang pertama dan menjelaskan maksud berdirinya
Taman Siswa. Terjemahannya adalah ‘dengan kecerdasan jiwa
menuju ke arah kesejahteraan; (2) suci tata ngesti tunggal, artinya
‘dengan kesucian batin dan teraturnya hidup lahiriah, kita mengejar
hidup kesempurnaan. Semboyan ini menjelaskan persatuan Taman
Siswa; (3) tut wuri handayani, artinya ‘mengikuti di belakang sambil
memberi pengaruh’. Maksudnya adalah jangan menarik-narik anak
dari depan. Biarlah mereka mencari jalan sendiri. Tugas guru sebagai
pamong boleh ikut campur apabila anak didik salah jalan. Kemajuan
yang sejati hanya dapat diperoleh dengan perkembangan kodrati
siswa. Tidak perlu menggunakan perintah, paksaan, atau hukuman
194