Page 309 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 309
1979.) Sosialisme juga ditolaknya karena sistem ini merupakan
sistem ekonomi perencanaan, ekonomi peraturan, ekonomi
negara yang menuju pada etatisme atau statisme. Dia
menguraikan (Mubyarto, 1981: 3) “Ekonomi peraturan semacam
ini jelas antitekal dengan maksud yang paling fundamental dari
ekonomi Pancasila, yaitu sebagai wadah berkembangnya
"manusia Indonesia seutuhnya". Bagaimanakah kita bisa
mengharapkan tumbuhnya manusia-manusia yang utuh apabila
setiap langkah mereka "diatur" dengan peraturan-peraturan yang
membatasi berkembangnya individualitas dan otoaktivitas
mereka? Sistem ekonomi Pancasila harus bisa memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi perkembangan
individualitas dan otoaktivitas setiap anggotanya sesuai dengan
bakat dan kemampuannya masing-masing.
Dengan keterangan di atas, Mubyarto memberikan penjelasan
mengapa dia menolak kapitalisme dan sosialisme. Alasan
mengapa dia menolak feodalisme memang tidak diberikan.
Daerah perburuan memang makin sempit, sehingga
menambah kemungkinan untuk kita menangkap sang "binatang"
yang bernama SPP tersebut. Berhasilkah Mubyarto
melakukannya? Menurut saya, pada pikiran yang diterbitkan
1
sampai akhir tahun 1981, Mubyarto masih belum berhasil
menjerat binatang perburuannya. Yang paling nyaris mendekati
adalah ketika dia menguraikan lima ciri utama SPP. Mengutip
Boediono (1981: 158-160), Mubyarto (lihat Tajuk Rencana Sinar
Harapan, 19 Mei 1981, dan Kompas, 18 Mei 1981) menyatakan
kelima ciri utama SPP. Pertama, koperasi sebagai sokoguru,
karena koperasi merupakan bentuk yang paling kongkret dari
sebuah usaha bersama. Kedua, roda perekonomian digerakkan
oleh rangsangan ekonomis, sosial, dan moral. Rangsangan sosial
dan moral ini sangat ditekankan karena rangsangan-rangsangan
inilah yang membedakan SPP dengan sistem ekonomi kapitalis
297

