Page 308 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 308
Selanjutnya Mubyarto menjelaskan, kita harus mendasarkan
Pelita III pada sebuah teori baru. Mengutip Keynes, Mubyarto
berkata: "Tujuan yang berbeda tidak dapat dicapai hanya dengan
mengubah kebijaksanaan serta strategi. Tetapi harus dengan cara
mengubah teorinya (Kompas, 2 Mei 1979).Lalu, apa teori baru
Mubyarto yang dinamakan SPP itu?
Tampaknya Mubyarto sendiri belum dapat merumuskan
dengan tepat apa isi SPP-nya. Dia baru berhasil membuat pagar-
pagar batas untuk mengurung "binatang" yang bernama SPP,
sambil sekali-sekali meraba-raba dan menerka-nerka bagaimana
persisnya bentuk dan rupa "binatang" ini. Pagar-pagar batas
tersebut antara lain berbunyi sebagai berikut: “Mubyarto
menolak pendapat Emil Salim (1979) yang mengatakan bahwa
Ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi pasar dengan unsur
perencanaan. Menurut Salim, dalam Ekonomi Pancasila, kedua
sistem, yakni sistem ekonomi pasar dan sistem ekonomi
komando, ada dalam posisi equilibrium alias seimbang. Mubyarto
beranggapan bahwa pikiran Salim masih terlalu terjerat di dalam
pola pemikiran dua kutub sistem ekonomi, yakni kapitalisme dan
sosialisme. Mubyarto berpendapat bahwa SPP "mungkin sekali
tidak berada di antara dua kutub tersebut, tapi di luarnya"
(Mubyarto, 1980: 74.)
Mubyarto tidak berhenti di sini. Dia melanjutkan
perburuannya. Dalam ceramahnya di Fakultas Ilmu-ilmu Sosial
Universitas Indonesia pada tanggal 19 November 1980, dia
mempersempit daerah perburuannya. “SPP bukan saja tidak bisa
dijumpai di hutan-hutam kapitalisme ataupun sosialisme, tapi SPP
juga tidak terletak di hutan feodalisme. Katanya, SPP adalah
"sistem ekonomi yang tidak mengandung aspek-aspek
kapitalisme-liberalisme, statisme, dan feodalisme" (Kompas, 20
November 1980). “Kapitalisme ditolaknya karena sistem ini "lebih
banyak menumbuhkan golongan ekonomi kuat" (Kompas, 22 Mei
296

