Page 306 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 306
dasarnya bukanlah merupakan usaha bersama untuk
memperjuangkan kepentingan para pesero. Memang para pesero ini
jelas bekerja sama menyumbangkan modal untuk mendapat dividen,
tetapi mereka tidak berusaha bersama, karena setiap pesero setelah
menyetor modalnya, lalu menyerahkan pengelolaan usaha PT pada
direksi. Tanggung jawab setiap pesero hanya terbatas pada jumlah
saham yang dimilikinya, tidak kurang dan tidak lebih.
Ciri-ciri lain Sistem Ekonomi Pancasila adalah semangat
solidaritas sosial untuk mencapai masyarakat yang berkeadilan social,
yaitu sila kelima dari Pancasila. Dalam menanggapi ciri Ekonomi
Pancasila yang demikian banyak, orang juga mempertanyakan,
apakah teori ekonomi Smith, dan yang terakhir teori ekonomi
Keynes, belum dianggap memadai untuk menangani masalah-
masalah ini. Karena dalam perkembangan terakhir, teori ekonomi
klasik (kapitalis-liberal) telah menemukan metode-metode sosialistik
untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran. Barangkali
di beberapa negara kapitalis yang tidak besar, hasil-hasil kebijakan
sosialistik ini tidak sukar kita kenali. Namun, keadaan di negara
kapitalis terbesar di dunia yaitu Amerika Serikat, menunjukkan hasil
yang kurang menggembirakan. Misalnya, dalam buku M. Carnoy & D.
Shearer, Economic Democracy (M. Sharpe Inc., 1980), ditunjukkan
bahwa pada tahun 1976, satu persen orang terkaya di A.S. memiliki
hampir 36 persen dari kekayaan total neto bangsa Amerika, memiliki
lebih separuh aset perusahaan, dan lebih separuh utang berjalan
(oustanding debt). Kita tidak memiliki data-data serupa di Indonesia.
Hanya jelas kita tidak ingin memiliki perekonomian (kapitalistik) yang
demikian.
Masyarakat Pancasila yang berkeadilan sosial adalah masyara-
kat yang bersifat sosialistik, yaitu dengan memberikan perhatian
besar pada mereka yang tertinggal. Inilah yang disebutkan pada pasal
34 UUD 1945, yang berbunyi bahwa "Fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh Negara." Bahkan apa yang tercantum pada
294

