Page 310 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 310
yang hanya menekankan rangsangan ekonomi saja. Ketiga,
adanya kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah
kemerataan sosial. Ini berbeda dengan sistem kapitalisme yang
hanya punya rasa individual dalam mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya bagi dirinya dalam kegiatan ekonomi! Keempat,
nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi." Kelima, adanya
keseimbangan yang jelas antara perencanaan di tingkat nasional
dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi.
Membaca uraian Mubyarto ini, timbul macam-macam
pertanyaan. Dapatkah sistem koperasi yang menekankan
kesejahteraan bersama dihidupkan di tengah-tengah sistem
kapitalis yang menekankan keuntungan pribadi? (Lihat Budiman,
1984a.) Pertanyaan ini dapat dilanjutkan dengan jenis pertanyaan
yang sama: Dapatkah rangsangan sosial dan moral menjadi efektif
dalam sistem perekonomian yang kapitalistis? Di sini kita lalu
mempersoalkan hakikat manusia. Apa sebenarnya hakikat
manusia itu? Apakah manusia pada dasarnya makhluk sosial, atau
makhluk individual yang egoistis? Kalau dalam kenyataan sehari-
hari kita lihat bahwa manusia egoistis dalam sikapnya, pertanyaan
kita adalah dapatkah keadaan ini diubah? Dapatkah hakikat
manusia diubah?
Kemudian, dalam menguraikan SPP, Mubyarto juga
menyebutkan tentang perlunya kehendak yang kuat dari
masyarakat yang menginginkan kemerataan sosial. Kehendak itu
sebenarnya sudah ada pada sebagian besar masyarakat kita,
yakni golongan yang miskin atau dimiskinkan oleh sistem yang
ada. Tapi ada sebagian kecil masyarakat kita, yang meskipun kecil
tapi memiliki kekuatan ekonomi dan kekuatan politik yang besar,
yang lebih senang dipertahankannya masyarakat yang tidak sama
rata. Mereka adalah golongan elite yang diuntungkan oleh sistem
kapitalisme yang menggejala. Mereka tidak ingin terjadinya
pemerataan kekayaan, karena ini artinya kesempatan mereka
298

