Page 304 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 304
Makna Ekonomi Pancasila yang paling fundamental adalah
sebagai wadah berkembangnya "manusia Indonesia seutuhnya".
Bagaimana kita bisa mengharapkan tumbuhnya manusia-manusia
yang utuh apabila setiap langkah mereka "diatur" dengan peraturan-
peraturan yang membatasi berkembangnya individualitas dan
otoktivitas mereka? Sistem Ekonomi Pancasila harus bisa memberi
kesempatan seluas-luasnya bagi perkembangan individualitas dan
otoaktivitas setiap anggotanya, sesuai dengan bakat dan kemampuan
masing-masing. Tetapi dalam sistem ini harus pula ada mekanisme
yang bisa mengendalikan dan mengatasi ekses-ekses yang bersumber
dari praktik-praktik monopolistis yang mungkin timbul. Dalam
Ekonomi Pancasila, satu sumber legitimasi dari diambilnya tindakan
pengaturan dan pembatasan kebebasan usaha ialah adanya ekses-
ekses negatif dari praktik monopolistis tersebut. Apabila ekses-ekses
ini tidak ada dan tidak ada kecenderungan praktik monopolistis,
maka tidak ada alasan adanya pengaturan. Pengaturan seharusnya
tidak dibuat semata-mata hanya karena selera birokrat untuk
mengatur segala-galanya. Kunci dari semua ini, sekali lagi, ialah
"keseimbangan" antara individualitas dengan sosialitas, antara
otoaktivitas dan solidaritas.
Ekonomi Pancasila mendorong penciptaan perekonomian
nasional yang tangguh. Pemikiran ini, kata Mubyarto, oleh sementara
kalangan dengan mudah disalahtafsirkan sebagai ciri nasionalistik
Ekonomi Pancasila. Kita sependapat bahwa secara definisi setiap
bangsa akan berusaha memajukan kepentingan ekonomi bangsanya
sendiri. Namun, makna "perekonomian nasional" di sini tidak terlalu
dikaitkan dengan sentimen nasionalistik semata-mata, yang bisa
menjurus kepada chauvinisme ekonomi. Konsep "perekonomian
nasional" harus lebih diartikan sebagai cita-cita untuk membina suatu
sistem ekonomi yang menunjang ketahanan nasional. Suatu sistem
merupakan kesatuan dari bagian-bagiannya, sehingga memiliki daya
"survival" yang mantap dalam kehidupan ekonomi internasional. Ini
berarti bahwa kita harus berusaha keras mengintegrasikan bagian-
292

