Page 54 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 54
TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
bagi orang-orang yang tidak memiliki garis keturunan ningrat tidak
perlu merasa khawatir. Pasalnya, di abad ke-20, yang lebih diperlukan
adalah ilmu pengetahuan, bukan status sosial keningratan semata.
Golongan yang telah menyerap banyak ilmu pengetahuan
itulah yang disebut Abdul Rivai sebagai bangsawan pikiran.
Bangsawan pikiran adalah golongan priyayi yang muncul bukan
karena faktor keturunan, melainkan karena hal-hal yang Abdul Rivai
sebut sebagai kelebihan luar biasa. Abdul Rivai mengupas lebih rinci
mengenai bangsawan pikiran melalui Bintang Hindia, No. 11, Tahun
Keempat, yang diterbitkan pada 1906, sebagai berikut:
“Kekuatan badan, ketinggian bangsa, dan kemuliaan usul
tiadalah pasal yang pertama lagi akan menjadi orang yang
terbilang. Sekarang bolehlah kepandaian dan ilmu
pengetahuan menentukan ke dalam bagian manakah kita
terhitung. Keadaan inilah yang melahirkan bangsawan
pikiran.”
“Sebagai sepohon kayu yang tumbuh di tanah yang subur,
maka bangsawan pikiran ini bertambah lama bertambah
besar, semakin lama semakin lebih tinggi dari bangsawan
usul. Adapun bangsawan pikiran itu boleh didapat oleh
sekalian manusia. Oleh sebab ini, bangsa Hindia (Indonesia)
pun boleh menjadi sedemikian.”
Dengan demikian, menurut rumusan Abdul Rivai, bangsawan
pikiran adalah mereka yang mau belajar dan mempelajari pemikiran
serta pendapat orang lain yang lebih berilmu. Penggolongan Abdul
Rivai atas kalangan intelektual sebagai bangsawan pikiran
menunjukkan bahwa ia menempatkan kaum terpelajar Indonesia
dalam posisi yang sangat penting untuk memimpin bangsanya
27
menuju kemajuan.
Konsep “kaoem moeda” merupakan salah satu hal menarik
yang digagas Abdul Rivai. Ia membuat rumusan tentang bangsawan
usul dan bangsawan pikiran ternyata masih berlanjut. Abdul Rivai
mempersepsikan golongan bangsawan usul terdiri dari kaum tua atau
42