Page 51 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 51

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                1.2. Abdul Rivai (1871-1937)
                         Dilahirkan di Palembayan, Sumatera Barat, pada 13 Agustus
                1871,  Abdul  Rivai  berasal  dari  keluarga  yang  cukup  terpandang.
                Abdul Karim, sang ayah, dan kakak lelakinya berprofesi sebagai guru.
                Adapun sang ibunda, Siti Kemala Ria, masih memiliki garis keturunan
                dari  Raja  Muko-Muko,  sebuah  kerajaan  lokal  yang  pernah  eksis  di
                Bengkulu.  Latar  belakang  keluarganya  yang  terhormat  itulah  yang
                membuat Abdul Rivai memperoleh pendidikan yang baik.

                         Tahun  1908,  Abdul  Rivai  mengikuti  ujian  masuk  program
                doktor  di  Fakultas  Kedokteran  Universitas  Gent  di  Belgia.  Ia
                dinyatakan  diterima  pada  tanggal  23  Juli  1908.  Dengan  demikian,
                Abdul Rivai telah mengukir satu prestasi lagi, yaitu orang Indonesia
                pertama  yang  diterima  sebagai  calon  doktor  di  perguruan  tinggi  di
                Eropa.

                         Abdul  Rivai  memiliki  konsep  tentang  nasionalisme  bahasa.
                Hal ini bisa kita lihat dari kegiatannya di jurnalistik. Boleh dibilang, ia
                adalah orang Indonesia pertama yang menggawangi penerbitan surat
                kabar  berbahasa  Melayu  dari  luar  negeri,  tepatnya  Belanda.  Awal
                abad  ke-20  itu,  bahasa  Melayu  dianggap  sebagai  bahasa  bangsa
                terjajah  yang  seringkali  tidak  berkutik  di  hadapan  kuasa  peradaban
                kolonial.
                         Inilah  salah  satu  perjuangan  budaya  yang  dilakukan  Abdul
                Rivai, yaitu menggemakan bahasa Melayu di tengah-tengah dominasi
                dan intervensi bangsa penjajah yang masih sangat berkuasa di tanah
                air.  Baginya,  bahasa  Melayu  merupakan  medium  yang  tepat  untuk
                menyebarluaskan gagasan.
                         Abdul  Rivai  menilai  bahasa  Melayu  merupakan  bahasa
                persatuan bagi rakyat pribumi Hindia Belanda, bahasa yang menjadi
                penghubung  bagi  masyarakat  yang  multikultural  dengan  berbagai
                                     25
                macam bahasa lokal.  Dalam pandangan Abdul Rivai, bahasa Melayu
                bisa menghapus sekat yang membatasi interaksi antar-suku bangsa di
                Nusantara. Dia menulis:





                                                                                  39
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56