Page 49 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 49
TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
Tjokroaminoto selalu menegaskan bahwa semua anggota
Sarekat Islam itu bersaudara, tidak memandang umur, pangkat, dan
status. Anggota Sarekat Islam seolah-olah merasakan hidup di dunia
baru di mana tata cara hirarki Jawa-Belanda ditiadakan untuk
sementara. Mereka menemukan suatu kondisi langka di mana rakyat
biasa bisa duduk sejajar dengan pejabat-pejabat Belanda, bahwa
semua orang sama harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Tidak adanya perbedaan kelas atau golongan di Sarekat
Islam membuat organisasi ini semakin diminati dan anggotanya pun
bertambah banyak dari hari ke hari. Dari para petinggi organisasi,
kaum priyayi, pegawai pemerintah, saudagar batik, hingga rakyat
pribumi biasa alias kaum kromo, sejajar dengan para bangsawan
kerajaan dan pejabat tinggi.
Tidak hanya sebatas di Jawa saja, di bawah pimpinan
Tjokroaminoto, Sarekat Islam juga meluaskan sayapnya hingga ke
Sumatera dan wilayah-wilayah lain di tanah air. Pada tahun 1919,
20
jumlah anggota Sarekat Islam mencapai dua juta orang. Jumlah
tersebut meningkat dengan cepat menjadi dua setengah juta orang di
21
perjalanan tahun yang sama.
Selain berjuang untuk kepentingan bangsanya yang ditindas
kaum asing di negeri sendiri, Tjokroaminoto juga tidak absen
mencermati situasi dunia internasional pada umumnya, termasuk
maraknya gerakan Pan-Islamisme yang bertujuan untuk
mempersatukan umat Islam demi membentuk solidaritas dunia.
Tjokroaminoto adalah tokoh muslim Indonesia yang respek terhadap
Pan-Islamisme.
Pemikiran Tjokroaminoto tentang Pan-Islamisme semakin
dalam tertanam di Sarekat Islam. Hal ini tampak pada tulisannya yang
dibuat pada tahun 1931 dengan judul “Tafsir Program Asas dan
Program Tandhim Syarikat Islam” yang dijadikan sandaran nilai dan
gerak para kader Sarekat Islam.
Menurut Tjokroaminoto, Pan-Islamisme sangat bisa
diandalkan sebagai sikap politik untuk menyatukan seluruh umat
37