Page 48 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 48

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                pandangan Tjokroaminoto juga merujuk pada sistem demokrasi yang
                diterapkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab, yang memberikan
                hak kepada setiap warga negara untuk mengemukakan pendapatnya.

                         Konsep  negara  Madinah  pada  masa  Nabi  Muhammad  dan
                Khalifah     Umar      bin    Khattab     itu    telah     mewarnai
                pemikiranTjokroaminoto dalam merumuskan negara demokrasi yang
                mengacu  pada  sistem  perwakilan  (parlemen),  yang  anggota-
                anggotanya dipilih melalui pemilihan umum yang harus diterapkan di
                negara yang menganut republik atau kerajaan. Sistem perwakilan itu
                merupakan  bentuk  demokrasi  yang  paling  memungkinkan  untuk
                dapat menyelenggarakan pemerintahan yang bisa diawasi rakyat.
                         Gagasan  demokrasi  yang  diterapkan  di  Negara  Madinah
                pada  akhirnya  memang  tidak  dapat  dipertahankan  karena
                terbatasnya sumber daya. Akan tetapi, bentuk kemoderenan Negara
                Madinah  itu  dipandang  sebanding  dengan  kehidupan  politik
                demokratis pada zaman modern dewasa ini.

                         Kecenderungan  Tjokroaminoto  terhadap  konsep  demokrasi
                juga  terlihat  dari  sikap  tidaksetujunya  terhadap  feodalisme.  Hal  ini
                sesuai  dengan  nilai-nilai  demokrasi  yang  menjunjung  tinggi
                kesetaraan  hak  seluruh  lapisan  masyarakat  tanpa  mengenal  sekat-
                sekat  pembedaan.  Maka  dari  itu,  meskipun  terlahir  dari  keluarga
                ningrat  Jawa,  Tjokroaminoto  kerap  tidak  “mematuhi”  aturan  adat.
                Prinsip  ini  pun  diterapkannya  di  Sarekat  Islam  sehingga
                Tjokroaminoto  dikenal  sebagai  sosok  yang  modern,  progresif,  dan
                anti-feodalisme.
                         Tjokroaminoto  tidak  ingin  ada  jurang  pemisah  di  kalangan
                elemen Sarekat Islam. Adat jongkok dan menyembah bagi kaum yang
                “lebih  rendah”  kepada  golongan  yang  “lebih  tinggi”–yang  oleh
                Tjokroaminoto  disebut  dengan  istilah  adat  Modjopaitan  atau  adat
                kodokan–tidak  berlaku  di  Sarekat  Islam.  Semua  anggota
                perhimpunan yang terdiri dari berbagai golongan dan latar belakang
                pekerjaan bisa duduk bersama dengan bersilang kaki, merokok, serta
                                                                                 19
                berbincang santai satu sama lain tanpa perlu jongkok dan sembah.



                36
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53