Page 52 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 52

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                         “Di  seluruh  Hindia,  Malaka,  dan  Singapura,  bahasa  Melayu
                         yang  dipakai  orang.  Buat  orang  dagang  dan  turis
                         (perjalanan),  bahasa  Melayulah  yang  perlu.  Bahasa  Jawa,
                         Bahasa  Sunda,  dan  Bahasa  Madura  memang  bahasa  yang
                         bagus, tapi keperluan pandai bahasa itu cuma sebatas pada
                         bagian pulau Jawa tersebut. Di luar Jawa Tengah dan Jawa
                         Timur,  Bahasa  Jawa  tidak  berguna  lagi,  cuma  dipakai  oleh
                                          26
                         orang Jawa saja.”
                         Secara  politis,  kesatuan  bahasa  bisa  menjadi  cara  untuk
                mempersatukan  masyarakat  pribumi.  Bahasa  Melayu  yang  bersifat
                inklusif  coba  dimanfaatkan  Abdul  Rivai  untuk  menebarkan
                gagasannya kepada seluruh lapisan masyarakat di tanah air. Kesatuan
                bahasa  ini  menjadikan  orang  pribumi  memiliki  suatu  identitas  yang
                menyatukan jatidiri mereka.

                         Karakter Abdul Rivai bukanlah seorang pejuang radikal yang
                menantang  kolonial  secara  frontal.  Sebaliknya,  ia  berjuang  dengan
                kecerdasan dan menjadi semacam agen ganda yang mengusung dua
                misi  berbeda  yang  tentu  saja  bermuara  kepada  kepentingan
                pergerakan nasional. Namun, ketika dibutuhkan, Abdul Rivai bisa saja
                berubah menjadi orang yang paling keras dalam mengkritisi jalannya
                roda pemerintahan kolonial.
                         Abdul  Rivai  adalah  pendukung  politik  etis  yang  menilai
                bahwa  keberadaan  kolonial  tidak  harus  selalu  dilawan  dengan  cara
                saling berhadapan. Surat kabar Bintang Hindia dijadikan oleh Abdul
                Rivai  untuk  memuluskan  perjuangannya  sebagai  agen  ganda  itu.  Di
                satu  sisi,  koran  berbahasa  Melayu  itu  dibiayai  oleh  pemerintah
                kolonial,  namun  di  sisi  lain,  Bintang  Hindia  juga  menjadi  jalan  bagi
                Abdul Rivai untuk menyebarkan ide-ide nasionalismenya.

                         Abdul Rivai sangat mengedepankan keilmuan daripada garis
                keturunan  meskipun  ia  memiliki  darah  ningrat  dari  sang  ibunda.  Ia
                meyakini,  manusia  yang  seharusnya  dianggap  paling  terpandang
                adalah  mereka  yang  besar  karena  ilmunya,  bukan  lantaran
                mempunyai darah bangsawan dari leluhurnya. Oleh karena itu, Abdul




                40
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57