Page 62 - TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
P. 62
TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA
berpikir kritis dalam hal apapun untuk menemukan kebenaran sejati,
termasuk kepercayaan. Dia menulis:
“Islam amat mencela akan orang-orang untuk tidak
mempergunakan akalnya, orang-orang yang tak terikat
pikirannya dengan kepercayaan dan paham-paham yang tak
berdasar kepada dasar yang benar, yaitu mereka yang tak
mau memeriksa apakah kepercayaan atau paham-paham
yang disuruh orang terima atau dianut mereka itu, benar dan
36
adakah berdasar kepada kebenaran atau tidak.”
Dalam ajaran agama Islam, lanjut Natsir, akal memperoleh
tempat yang sangat mulia. Dalam Islam, akal tidak ditindas dan
dipaksa, tapi dipergunakan dan diberi jalan, disalurkan untuk
ketinggian dan keluhuran manusia. Agama datang membangunkan
akal dan membangkitkan akal itu serta mendorong agar manusia
memakai akal dengan sebaik-baiknya sebagai suatu nikmat Ilahi yang
37
maha indah.
Pemikiran Islam modern ini pada akhirnya diterapkan Natsir
dalam kehidupan, termasuk melalui pendidikan. Ia berkeinginan
untuk menggabungkan ilmu pengetahuan umum, sebagaimana
diajarkan di sekolah Belanda, dengan pelajaran agama Islam.
Keinginannya terjawab ketika ia mendirikan sekolah partikelir, yang
di kemudian hari menjadi sekolah Pendidikan Nasional. Inilah proyek
38
idealis seorang Natsir yang terealisasi pada 1932. Sekolah partikelir
milik Natsir ini, beralamat di Jalan Lengkong Besar No. 16 Bandung,
pada akhirnya tidak mampu menampung murid yang terus
bertambah. Berkat bantuan Haji Muhammad Yunus, Natsir pun
memindahkan sekolahnya ke Jalan Lengkong Besar No. 74. Tempat
ini lebih besar dari sekolah sebelumnya.
Pemikiran Natsir yang modern juga menyentuh
ihwaldemokrasi. Dalam pidatonya pada 14 November 1950, Natsir
yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri, mengajak kepada
semua rakyat Indonesia untuk bersama-sama membangun negeri
yang baru saja merdeka dari penjajahan bangsa asing. Natsir
50